"Pergeseran dan transformasi ini memiliki implikasi penting bagi agenda pengembangan sumber daya manusia," katanya dalam 2022 CSIS Global Dialogue, dikutip dari Antara, Jumat, 29 April 2022.
Qureshi mengatakan transformasi dan revolusi digital menggeser tenaga kerja yang memiliki keterampilan tingkat rendah ke tenaga kerja dengan keterampilan tingkat baru yang lebih tinggi.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Secara khusus, pasar tenaga kerja melihat polarisasi bergeser dari pekerja dengan keterampilan tingkat rendah ke menengah atau kepada pekerja yang lebih mudah mengadopsi digitalisasi.
"Pekerja yang ada lambat untuk beradaptasi dengan perubahan ini," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah perlu meningkatkan keterampilan dan skala pekerja yang tertinggal dengan teknologi namun langkah ini akan memiliki dua implikasi.
Salah satu implikasi ini adalah meningkatnya ketimpangan pendapatan jika upaya tersebut tidak merata yaitu pekerja yang tidak mengembangkan keterampilannya akan menghadapi penurunan upah dan prospek pekerjaan.
Di Amerika Serikat (AS), misalnya, penelitian menunjukkan terjadi peningkatan ketimpangan pendapatan sejak 1980 mencapai 50 persen sampai 70 persen.
Implikasi lainnya adalah meningkatnya ketidaksesuaian antara keterampilan yang tersedia dan keterampilan yang dibutuhkan sehingga menekan pertumbuhan produktivitas.
Qureshi menuturkan hal itu merupakan paradoks yang tercermin dalam fakta, dalam beberapa dekade terakhir terdapat ledakan teknologi baru namun produktivitas justru melambat.
"Ini adalah bagian penting dari penjelasan yang disebut paradoks produktivitas," katanya.