"Bisnis startup kalau berdarah normal saja bahkan (jika) harus ditutup. Apalagi untuk startup, makanya harus cepat dialihkan di bisnis lain yang produktif," kata COO & Portfolio Director MDI Ventures Sandhy Widyasthana ketika dikonfirmasi, Selasa, 14 Juni 2022.
Dia menjelaskan distrupsi terjadi tak hanya di perusahaan rintisan saja tetapi juga perusahaan yang sudah mapan seperti bank konvensional. Hal ini dirasakan industri perbankan yang mulai mengurangi jumlah kantor cabang dengan beralih ke digital.
"Ketika cabang bank pada tutup, ini cermin distrupsi, wajar saja dalam bisnis ada penyesuaian," jelas dia.
Dia mengatakan startup harus lebih detail dan profitability bukan berdasarkan dana funding semata. Ketika pelaku startup berani melakukan ini musim semi bisnis startup hanya bersifat sementara karena perkembangan digital menjadi kunci masa depan.
"Kita belum tahu cara mempercepat pertumbuhan, (selain dengan digital)," kata dia.
Dia mengatakan bubble.com di Amerika Serikat pada 2000-an berbeda dengan sekarang. Pada saat itu valuasi startup sudah tumbuh 4.000 persen, sedangkan kondisi sekarang baru mencapai 180 persen.
Selain itu pelaku bisnis startup pada saat ini sudah memiliki bisnis yang solid dari kenaikan transaksi penjualan dan pengguna yang banyak.
"Ada underlying growth-nya baik dan mereka punya transaksi bertambah dan user bertambah setiap tahunnya," jelas dia.
Seperti diketahui beberapa startup seperti Pahamify, Zenius, LinkAja, Fabelio, Tanihub, JD.ID, Uang Teman, dan MPL melakukan efisiensi bisnis. Beberapa di antaranya melakukan efisiensi dengan mengurangi karyawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News