Strategic Demand Partnership Borong Indonesia Aga Nugraha mengatakan, UMKM yang mampu bertahan saat pandemi adalah mereka yang mampu beradaptasi dalam dunia digital. Sebanyak 80 persen UMKM menjadikan momentum pandemi sebagai pemicu untuk berubah ke arah digital.
"Pandemi jadi momentum untuk terhubung langsung dalam ekosistem digital dengan memanfaatkan platform e-commerce maupun marketplace. Digitalisasi menjadi kunci bagi UMKM untuk mampu bertahan," ucap Aga dikutip dari siaran pers, Minggu, 27 Februari 2022.
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pemerintah menargetkan pada 2024 sebanyak 30 juta UMKM sudah go digital. Hingga Desember 2021, sebanyak 16,4 juta pelaku usaha UMKM sudah masuk ke dalam ekosistem digital.
"Dengan demikian, masih ada sekitar 13,6 juta UMKM lagi yang harus dikejar untuk segera merambah dunia digital," tegasnya.
Terkait hal tersebut, Borong Indonesia telah melakukan kerja sama dengan Wiranesia Foundation untuk membantu para UMKM naik kelas melalui penyediaan Home Commerce mandiri milik Wiranesia.
Borong Indonesia pun kembali membuka kesempatan bagi komunitas-komunitas lainnya untuk merasakan pengalaman go digital dengan memperkenalkan Community Marketplace sebagai platform niaga yang ditujukan bagi komunitas UMKM untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas dengan akses commerce mandiri, dirilis April 2022.
"Untuk itu, Borong ingin mengundang komunitas UMKM dari berbagai jenis dan skala bisnis untuk mendapatkan kesempatan sebagai yang pertama kali menggunakan platform ini, komunitas UMKM berkesempatan merasakan pengalaman mengelola marketplace platform sendiri," harap dia.
Sebagai pengelola marketplace platform, mereka dapat melakukan kontrol penuh atas kegiatan niaganya mulai dari mengelola seller, mengundang buyer, hingga melakukan kegiatan dari promosi untuk meningkatkan engagement dengan pelanggan karena penguasaan database.
Diakui Aga, selama ini mayoritas pelaku bisnis UMKM sulit berkembang dan terbatas hanya menjadi penjual di platform marketplace. Belum lagi ketergantungan atas program insentif dari pemilik marketplace dan terbatasnya akses ke database pengunjung atau pembeli di tokonya.
"Dengan tidak adanya kemampuan akses ke database pengunjung toko, tentu sulit bagi bisnis untuk berkembang pesat, karena tidak memiliki Customer Lifetime Value (CLV) yang sifatnya panjang," jelas Aga.
Country Manager Borong Indonesia Ronald Sipahutar menambahkan, di sisi lain kebutuhan UMKM untuk bertransformasi digital dan memiliki kontrol penuh atas seluruh kegiatan commerce-nya sudah sedemikian mendesak karena didorong oleh besarnya permintaan pasar yang pemenuhan kebutuhannya cenderung online akibat pandemi, yang kemudian tentu akan berdampak pada berkembangnya tingkatan usaha.
Melalui platform Community Marketplace ini, Borong Indonesia tidak hanya membuka peluang bagi komunitas UMKM untuk naik level dengan pengelolaan marketplace mandiri, tetapi juga berkomitmen untuk terus membantu dalam bentuk dukungan berupa pelatihan, edukasi, dan bantuan eksposur melalui jaringan bisnis Borong untuk membantu komunitas terus berekspansi.
"Impian kami agar lebih banyak lagi komunitas UMKM, dimanapun lokasinya, dan apa pun levelnya, yang dapat memiliki sistem e-commerce, sehingga mampu menopang para anggotanya untuk bersama-sama maju dan naik kelas dalam mengembangkan bisnis. Dengan produk Community Marketplace, komunitas atau pun asosiasi usaha bisa mendapatkan pengalaman memiliki dan mengelola home commerce sendiri, sebelum akhirnya dapat berkembang secara mandiri," pungkas Ronald.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id