Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Jadi 'Tulang Punggung' Aset Kripto, Apa Itu Smart Contract?

Husen Miftahudin • 28 April 2023 21:20
Jakarta: Aset kripto seperti Bitcoin yang mengadopsi teknologi blockchain sedang booming saat ini. Namun demikian, Bitcoin tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya teknologi smart contract yang merupakan salah satu pengaplikasian teknologi blockchain.
 
Dijelaskan CEO Indodax Oscar Darmawan, smart contract atau kontrak pintar adalah protokol eksekusi yang bersifat digital dan disimpan di jaringan blockchain. Smart contract berjalan secara otomatis dan melibatkan lebih dari satu pihak.
 
"Teknologi ini tentu cocok digunakan untuk sistem perekonomian, politik, dan lain-lain di kehidupan saat ini. Tidak terkecuali Indonesia," ungkap Oscar dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat, 28 April 2023.

Dijelaskan lebih lanjut, smart contract mirip dengan program komputer lainnya. Namun yang menjadi dasar pembedanya, smart contract menggunakan sistem teknologi blockchain.
 
Dengan dukungan teknologi blockchain, maka smart contract juga mengadopsi sifat dari blockchain itu sendiri yaitu tidak dapat diubah (immutable). Smart contract hanya bisa ditambahkan, transparan, aman, dan traceable.
 
Dengan adanya smart contract, kita dapat memasukkan aturan dan menerapkannya melalui kode. Jika perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak sudah menggunakan smart contract, maka tidak lagi memerlukan pihak ketiga yang berfungsi sebagai penengah atau untuk memastikan verifikasi transaksi.
 
"Karena smart contract ini berdiri di atas jaringan blockchain yang bersifat publik, maka masyarakat umum sekalipun bisa melihat kontrak yang sudah disepakati," paparnya.
 

Jaringan menjadi transparan


Pada dasarnya, konsep smart contract ini dipelopori terlebih dahulu oleh jaringan Ethereum. Tidak heran banyak token-token yang berjalan di jaringan Ethereum menggunakan smart contract.
 
Dengan semakin banyaknya token yang berjalan di jaringan Ethereum, skalabilitas Ethereum pun semakin lambat. Belum lagi ditambah gas fee Ethereum yang juga besar.
 
"Dengan adanya kekurangan ini, lahirlah jaringan smart contract lainnya. Beberapa diantaranya adalah jaringan Solana, Polygon, dan jaringan Cardano," ujar Oscar.
 
Diakuinya, meskipun smart contract tidak luput dari kekurangan, seperti adanya kemungkinan hacking dan lain-lain, namun smart contract bisa dimanfaatkan untuk transparansi yang lebih baik lagi. Smart contract sendiri sudah banyak digunakan oleh developer dari NFT, pembuat token ataupun Decentralized Apps.
 
"Saya berharap penggunaan smart contract ini bisa digunakan tidak hanya bagi para pelaku industri di bidang blockchain. Namun juga pelaku industri di luar blockchain dan juga yang berada di pemerintahan," tutur dia.
 
Baca juga: Biar Melek, Pelaku Industri Kripto Gencar Edukasi Masyarakat
 

Digunakan di industri kesehatan


Oscar menambahkan, salah satu contoh pengaplikasian smart contract di industri lain yaitu di industri kesehatan. Dengan adanya smart contract, data rekam medis pasien dapat dilihat secara transparan.
 
Smart contract juga dapat diterapkan di industri pemerintahan. Salah satu contohnya untuk melakukan pemungutan suara, industri penggalangan dana, dan lain sebagainya.
 
"Dengan kemampuannya yang terbuka dan dilihat secara umum, smart contract menjadi terobosan teknologi yang bisa digunakan industri dan pemerintahan di Indonesia. Karena transparan, kita juga bisa dengan mudah untuk melacak dan melaporkan jika adanya ketidaksesuaian data yang ada," tutup Oscar.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan