"Melalui 'Indodax Goes to Campus', Kami ingin memberikan pemahaman mendalam mengenai kripto dan teknologi blockchain kepada generasi Z, yang merupakan tulang punggung masa depan bangsa," ucap CEO Indodax Oscar Darmawan saat memberi edukasi secara langsung kepada mahasiswa, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 14 Desember 2023.
Menurut Oscar, literasi kripto di kalangan kampus penting dilakukan mengingat banyak anak muda menggandrungi aset kripto. Hal itu dipertegas dengan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) yang menyebutkan lebih dari 50 persen peminat aset kripto merupakan anak muda di bawah usia 30 tahun.
"Persentase tertinggi terdapat pada rentang usia 18-24 tahun yang sebesar 28,2 persen, dan 25-30 tahun yang sebesar 28,5 persen," papar Oscar.
Oscar menegaskan, jika program ini merupakan upaya berkelanjutan dari Indodax untuk memberikan pemahaman mendalam kepada generasi muda terkait kripto dan blockchain.
"Kami percaya bahwa membekali mereka dengan pengetahuan ini adalah investasi untuk masa depan, terutama mengingat peran kripto yang semakin krusial dalam transformasi industri keuangan dan digital global," kata dia.
Bagi Oscar, 'Indodax Goes to Campus' bukan hanya sekadar menginformasikan, tetapi juga bertujuan untuk memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan yang relevan tentang masa depan aset digital.
"Dengan pemahaman yang baik, diharapkan mahasiswa dapat terlibat aktif dan melahirkan inovasi baru dalam perkembangan dinamika industri digital yang semakin terintegrasi dengan teknologi,” harap dia.
Cegah penyalahgunaan aset kripto
Oscar juga menyampaikan, di era revolusi industri 4.0, teknologi seperti IoT, big data, robotic, AI, dan blockchain sudah saling terintegrasi satu sama lain. Maka dari itu, Oscar menjelaskan secara detail mengenai salah satu teknologi yang berada di era revolusi industri 4.0, yaitu blockchain.
"Blockchain pada dasarnya bersifat mengikat data yang satu dengan data yang lainnya. Banyak kelebihan yang dapat dimanfaatkan dari teknologi blockchain, seperti keamanan yang terjamin, lebih transparan, data tidak dapat diubah dan hanya bisa ditambahkan, lebih efisien, dapat menghemat biaya operasional, serta dapat dilacak proses pergerakannya," ungkap dia.
Meski demikian, Oscar menyayangkan beberapa pihak masih menyalahgunakan teknologi blockchain, khususnya aset kripto, untuk melakukan kegiatan ilegal seperti pencucian uang.
"Langkah ini jelas merupakan langkah yang keliru. Penggunaan aset kripto seperti Bitcoin untuk pencucian uang sebenarnya dapat mudah terdeteksi. Blockchain sebagai teknologi memiliki kemampuan untuk mengaudit dan melacak setiap transaksi, sehingga tindakan ilegal dapat dengan cepat terungkap," tegas Oscar.
Tak hanya itu, Oscar juga memberikan pemahaman mendalam mengenai aset kripto yang dapat digunakan untuk berinvestasi, aset trading, hingga mining crypto, serta memberikan tips dan trik dalam bertransaksi kripto.
"Intinya, kita harus selalu melakukan DYOR (Do Your Own Research) dan jangan FOMO (Fear of Missing Out). Jangan mudah juga terpengaruh iming iming yang menjanjikan keuntungan secara instan dan fantastis. Pilihlah aset produk yang dikenali dan dimengerti. Dan yang terpenting, gunakanlah platform crypto exchange yang memiliki izin resmi dari pemerintah, seperti Indodax," tegas Oscar.
Baca juga: Sentimen Positif, Pasar Kripto Diproyeksi Cemerlang di 2024 |
Tingkatkan daya saing bisnis
Pada kesempatan yang sama, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Esa Unggul Abdul Haeba Ramli membahas mengenai pentingnya artificial intelligence (AI) dalam dunia bisnis. Menurut dia, AI merupakan sebuah 'kendaraan' yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan sehari-hari.
"AI dapat memberikan peluang inovasi dan efisiensi yang signifikan bagi sebuah perusahaan. Dengan menggunakan AI, dapat membantu produktivitas kerja, mengoptimalkan proses operasional, membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan analisis data mendalam," ucap Haeba.
Haeba juga mengatakan, AI juga dapat dimanfaatkan suatu perusahaan untuk mempercepat respons dinamika pasar serta meningkatkan daya saing untuk membantu mencapai tingkat efisiensi yang tidak tercapai sebelumnya.
Di sisi lain, Ketua Konsentrasi Manajemen Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Trisakti Bachtiar Usman menjelaskan tingginya kesadaran dan pemahaman masyarakat, khususnya generasi Z, terhadap inefisiensi di industri keuangan menjadi salah satu pendorong utama munculnya teknologi finansial (fintech).
"Mereka yang enggan dan menolak mengadopsi teknologi digital, kemungkinan besar akan mengalami kemunduran ekonomi. Hal ini karena lahir dan berkembangnya industri fintech sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari, dari sisi perekonomian, regulasi, risiko, ketenagakerjaan, hingga persaingan."
"Adanya teknologi finansial dapat mempermudah akses keuangan, menurunkan biaya operasional dan mempercepat proses bisnis," tambah Bachtiar menegaskan.
Tak hanya itu, Bachtiar juga mengatakan, lahirnya finansial teknologi dapat mendorong munculnya entrepreneur baru yang menjadikan industri fintech semakin demokratis dan memperluas lapangan pekerjaan di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News