"Digitalisasi distribusi elpiji (bersubsidi) ini lebih pantas, lebih layak, dan lebih perlu untuk dilakukan dari pada digitalisasi SPBU," kata Syaikhul Islam, dikutip dari Antara, Rabu, 10 Februari 2021.
Digitalisasi distribusi tabung elpiji bersubsidi lebih pantas dilakukan karena langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Namun demikian, Syaikhul juga mengapresiasi bahwa akhir-akhir ini sudah jarang mendengar adanya kelangkaan elpiji di sejumlah daerah.
Dengan sistem digitalisasi elpiji tersebut diharapkan dapat memantau kondisi di titik-titik distribusi serta bagaimana distribusi itu bisa dirasakan masyarakat dan kelangkaan dapat dihindari.
Untuk itu, diharapkan digitalisasi dalam monitoring elpiji bersubsidi ini dapat dipertimbangkan Pertamina dan diprioritaskan daripada digitalisasi SPBU.
Sebelumnya Pertamina melanjutkan program digitalisasi SPBU dengan mengembangkan sistem baru yakni autoreplenishment dan prepurchase.
Direktur Penunjang Bisnis Pertamina M Haryo Yunianto mengatakan transformasi digital dilakukan di seluruh proses bisnis inti di Pertamina, baik dari sisi upstream, midstream, downstream, maupun korporat.
"Meskipun kita dihadapkan dengan kondisi pandemi, semangat transformasi Pertamina yang berkelanjutan tetap kami gaungkan sebagai bagian dari komitmen mewujudkan visi sebagai perusahaan energi global serta mewujudkan kemandirian energi nasional," ujar Haryo.
Pada sisi upstream, Upstream Production Optimization sudah Go Live pada 10 Desember 2020, sisi midstream atau refinery sudah dilaksanakan predictive maintenance di Refinery Unit VI Balongan untuk menjaga keandalan kilang dan stok, dan dalam sisi korporat adanya integrasi, joint operational dashboard dari hulu sampai hilir, digital procurement dan office automation dengan menggunakan sistem P-Office.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News