Managing Director ADA Indonesia Kirill Mankovski mengatakan bahwa penggunaan aplikasi belanja online untuk bertransaksi berbagai macam kebutuhan sehari-hari dan jual-beli barang bekas naik hingga 300 persen sejak social distancing diumumkan. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada 21-22 Maret, yakni kenaikan hingga lebih dari 400 persen.
"Masyarakat Indonesia terutama kelas menengah dan atas telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” ujar Kirill melalui keterangan tertulisnya, Senin, 13 April 2020.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dibandingkan dengan akhir Februari 2020, kata Kirill, jumlah orang yang beraktivitas di area Central Business District Jakarta berkurang sebanyak 53 persen hingga pekan ke tiga Maret. Kunjungan ke mal besar di Jakarta sejak 15 Maret juga mengalami rata-rata penurunan kunjungan berkisar lebih dari 50 persen dibandingkan dengan awal 2020.
“Covid-19 telah mengubah kehidupan kita, dalam situasi seperti ini, kita lebih memilih untuk berdiam di rumah dibandingkan bepergian. Social distancing juga membuat kita banyak menghabiskan waktu di ruang digital baik untuk bekerja, berkomunikasi, berbelanja, atau bahkan sekadar mencari hiburan," paparnya.
Kirill menambahkan, selama Maret pihaknya juga mencatat terjadi peningkatan penggunaan aplikasi untuk menunjang produktivitas masyarakat agar tetap bisa bekerja secara virtual. Penggunaan aplikasi produktivitas tersebut naik hingga lebih dari 400 persen.
“Setiap orang bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap situasi krisis, seperti pandemi. Ini yang menyebabkan perbedaan crisis persona di Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya. Kami melihat, masyarakat Indonesia cepat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya, dan berusaha untuk tetap produktif," ungkapnya.
Dalam situasi seperti ini, lanjut dia, banyak perusahaan dan brand menahan aktivitas pemasarannya untuk sementara waktu. Beberapa bahkan menahan aktivitas tersebut hingga situasi mulai normal dan terkendali dan menyebabkan berkurangnya aktivitas pemasaran secara umum.
“Sebetulnya, brand dapat memanfaatkan situasi ini untuk membentuk kebiasaan baru, serta mengubah channel komunikasi dan penjualannya ke ruang digital. Kebiasaan baru yang terbentuk ini akan tetap bertahan meskipun situasi kembali normal,” ujar Kirill.
Merujuk pada crisis persona ADA, minat berbelanja masyarakat Indonesia tidak hilang terutama untuk belanja online. Minat tersebut justru tumbuh pesat yang mana belanja online menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan, mulai dari harian hingga hobi.
Data minat belanja online yang meningkat ini pun membuka peluang bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan lainnya. Apalagi, beberapa platform jual-beli online menganjurkan pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi secara cashless dengan memanfaat servis pembayaran seperti kartu kredit, transfer, atau e-wallet.
Bagi Kirill, momentum ini jadi saat yang tepat bagi bisnis perbankan, finansial, dan servis keuangan untuk melakukan pemasaran. Para pemain di industri ini dapat memanfaatkan ruang digital untuk melakukan promosi kepada pengguna loyal, atau bahkan menjangkau pengguna baru. Mayoritas masyarakat cenderung memilih transaksi cashless demi menjaga kesehatan.
Di sisi lain, komunikasi pemasaran harus tetap dilakukan untuk menjaga posisi sebuah brand di benak konsumen. Dengan tetap menjaga posisi tersebut, akan lebih mudah bagi brand atau perusahaan untuk melakukan pemulihan bisnis pada saat situasi kembali normal.
“Melalui laporan perilaku konsumen ini, ADA berharap brand tetap dapat melakukan komunikasi pemasaran di tengah situasi krisis,” tutup Kirill.