Ilustrasi. MI/RAMDANI
Ilustrasi. MI/RAMDANI

Rupiah Pamer Kekuatan di Rp14.150/USD

Angga Bratadharma • 04 Oktober 2019 09:02
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Jumat pagi atau di akhir pekan terpantau perkasa dibandingkan dengan perdagangan sore di hari sebelumnya di posisi Rp14.172 per USD. Adapun mata uang Paman Sam terlihat kehilangan tenaga usai rilis data ekonomi Amerika Serikat (AS) suram.
 
Mengutip Bloomberg, Jumat, 4 Oktober 2019, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka menguat ke Rp14.150 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp14.144 hingga Rp14.150 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.940 per USD.
 
Sementara itu, kurs dolar Amerika Serikat jatuh terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), tertekan oleh serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang lemah. Meski demikian, tetap ada kemungkinan mata uang Paman Sam kembali perkasa.

Indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,17 persen menjadi 98,8619 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,0974 dari USD1,0958 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,2353 dari USD1,2305 pada sesi sebelumnya.
 
Dolar Australia naik menjadi USD0,6743 dibandingkan dengan USD0,6705. Dolar AS dibeli 106,89 yen Jepang, lebih rendah dibandingkan dengan 107,20 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9986 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9976 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3328 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3315 dolar Kanada.
 
Lembaga riset Institute for Supply Management (ISM) mengatakan bahwa sektor jasa-jasa Amerika Serikat jatuh pada bulan lalu ke level terendah sejak Agustus 2016. Indeks non-manufaktur (sektor jasa-jasa) tercatat 52,6 persen, merosot 3,8 poin dari indeks yang sama pada Agustus sebesar 56,4 persen, menurut laporan ISM.
 
Angka itu juga lebih rendah dari perkiraan pembacaan 55,3 dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Penurunan tersebut menyusul data dari ISM pada Selasa 1 Oktober yang menunjukkan bahwa aktivitas bisnis di sektor manufaktur Amerika Serikat mengalami kontraksi pada September.
 
Indeks Pembelian Manajer (PMI) sektor manufaktur Amerika Serikat tercatat 47,8 persen pada September, terendah sejak Juni 2009, menandai kontraksi bulan kedua berturut-turut, menurut laporan itu. Kondisi ini tentu menjadi sinyal negatif dan tentunya memberikan efek tersendiri terhadap pergerakan mata uang Paman Sam.
 
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat ditutup lebih tinggi pada Kamis waktu setempat (Jumat WIB), karena data ekonomi yang lemah meningkatkan ekspektasi investor tentang penurunan suku bunga lebih lanjut. Adapun the Fed masih berada di bawah tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang terus meminta penurunan suku bunga lebih dalam.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan