Plt Direktur Utama GMF Tazar Marta Kurniawan mengatakan tahun ini pihaknya berangan-angan untuk melampaui penghasilan induk usaha yakni Garuda Indonesia. Dirinya yakin sebab berdasarkan historis dalam dua tahun belakangan, penghasilan GMF mengalami peningkatan porsi.
"Tahun ini ditargetkan lebih dari USD500 juta dengan CAGR (compound annual growth rate/laju pertumbuhan majemuk tahunan) di atas 17 persen," kata Tazar dalam temu media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Juni 2019.
Dia bilang GMF memiliki visi menjadi top 10 Maintenance, Repair, and Operating Supplies (MRO) di dunia dengan penghasilan USD1 miliar di 2021. Oleh karenanya pihaknya menargetkan penghasilan tahun tahun ini pada angka tersebut.
Untuk mengejar pendapatan tersebut, lini bisnis yang paling banyak berkontribusi yakni perawatan mesin (engine) akan dinaikan. Tahun ini ditargetkan 29 persen dari total pendapatan GMF.
Tazar mengatakan untuk satu mesin harga perawatannya mencapai USD5 juta hingga USD6 juta. Rata-rata, Tazar menjelaskan overhaul atau pemeriksaan mesin pesawat memiliki jatuh tempo lima hingga enam tahun. Sehingga apabila mesin telah digunakan lima hingga enam tahun maka harus diganti.
Ia mencontohkan, apabila dikalkulasi di Indonesia untuk tipe pesawat Boeing 737 Next Generation dan Airbus 320 untuk dua grup maskapai Garuda Indonesia Grup dan Lion Air Grup jumlahnya mencapai 600. Berarti ada 600 mesin yang akan overhaul dalam waktu lima tahun. Sehingga apabila dibagi lima tahun, maka setiap tahun ada 120 mesin yang mesti diganti atau diperbaiki.
"Kontribusi paling besar di engine, kalau kita sudah capai 120 engine dikali USD5 juta at least bisa USD600 juta kontribusi dari engine," jelas Tahar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News