Mengutip Bloomberg, Rabu, 2 Oktober 2019, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka tertekan ke Rp14.212 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp14.206 hingga Rp14.212 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.002 per USD.
Sementara itu, kurs dolar Amerika Serikat tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Pelemahan terjadi karena tertekan oleh data manufaktur yang lemah dari ekonomi terbesar dunia tersebut.
Indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,25 persen menjadi 99,1318 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi USD1,0936 dari USD1,0901 di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi USD1,2300 dari USD1,2296 di sesi sebelumnya.
Dolar Australia turun menjadi USD0,6704 dibandingkan dengan USD0,6750. Dolar AS dibeli 107,74 yen Jepang, lebih rendah dibandingkan dengan 108,07 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9931 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9982 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3214 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3236 dolar Kanada.
Aktivitas ekonomi di sektor manufaktur AS mengalami kontraksi pada September, data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan. Indeks Pembelian Manajer (PMI) manufaktur AS tercatat 47,8 persen pada September, yang terendah sejak Juni 2009, turun 1,3 poin dari angka Agustus di 49,1 persen, menurut Laporan Bisnis tentang Manufaktur ISM.
Angka di bawah 50 persen menunjukkan sektor manufaktur umumnya mengalami kontraksi. Sementara para ekonom yang disurvei oleh MarketWatch memperkirakan indeks akan mencapai 50,2 persen. Ada harapan agar angka tersebut bisa terus membaik di masa-masa yang akan datang.
"Komentar dari panel mencerminkan penurunan berkelanjutan dalam kepercayaan bisnis. September adalah bulan kedua berturut-turut kontraksi PMI, pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan dengan Agustus," kata Ketua Komite Survei Bisnis Manufaktur ISM Timothy Fiore, dalam sebuah pernyataan.
"Perdagangan global tetap merupakan masalah paling signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh kontraksi dalam pesanan ekspor baru yang dimulai pada Juli 2019. Secara keseluruhan, sentimen bulan ini tetap berhati-hati mengenai pertumbuhan jangka pendek," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News