PT Kalbe Farma Tbk (KAEF), salah satu emiten farmasi papan atas di Indonesia, yakin bahwa pendapatan dan laba bersih perusahaan akan lebih baik pada tahun ini ketimbang capaian 2018. Belanja konsumen domestik masih menjadi penopang kinerja Kalbe.
Pada kuartal I-2019 penjualan Kalbe tercatat sebesar Rp5,3 triliun atau naik enam persen dari tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp5 triliun. Laba bersih Kalbe mencapai Rp603 miliar atau lebih tinggi satu persen dari capaian Rp597 milar pada periode yang sama.
Adapun untuk memperkuat pasar, Kalbe juga mengaku sedang menjajaki investasi di Vietnam. Pilihan ini karena besarnya peluang pasar obat negara itu bagi investor asing.
Lalu bagaimana harapan dan proyeksi perseroan ke depannya? Berikut hasil petikan wawancara Medcom.id dengan Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius beberapa waktu lalu.
Bagaimana menurut Bapak dengan kinerja Kalbe Farma di 2019?
Kita cukup yakin kinerja di 2019 akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan 2018.
Kalau tahun lalu (pertumbuhannya) empat persen maka untuk tahun ini kami perkirakan bisa tumbuh enam persen hingga delapan persen untuk penjualan dan laba bersih.
Sentimen penggeraknya darimana Pak?
Pascademokrasi, konsumsi akan naik karena orang aktif kampanye sehingga secara spending orang akan lakukan spending dari makanan dan minuman. Pasar konsumen kalau dia spending, maka dia akan positif. Apalagi dari adanya THR (tunjangan hari raya). Pasti dia beli makanan, baju, dan sesuatu.
Memang belum tentu mereka sakit. Tapi kalau mereka sakit bisa beli hydrococo, mixagrip, susu dan banyak hal ada dampak ke kita.
Kalau saya lihat trennya masih baik apalagi kalau ekonomi lima persen ke atas, 5,1 persen dan 5,3 persen maka gerakan konsumen akan lebih baik. Apalagi kalau ekonomi stabil maka ekonomi akan bergerak dengan lebih baik. Pengusaha akan beli barang lebih banyak.
Bagaimana pengaruh sentimen global terhadap perseroan?
Kalau kita lihat dampaknya ada jika suku bunga AS naik. Namun sekarang AS lebih ke memepertahankan suku bunga dan mereka diperkirakan akan menurunkan.
Ini lebih ke rupiah faktornya. Awal tahun rupiah naik dan belakangan turun. Kita harus waspadai karena sumber kimia kita banyak impor. Kalau rupiah lemah ini enggak menguntungkan. Kalau naik, malah menguntungkan.
Bagaimana dengan market share tahun ini?
Market share obat 10 persen, obat bypass 8-9 persen, dan susu sekitar 12-13 persen. Jadi di belasan persen. Sementara stabil dan akhir tahun akan lebih baik dan naik.
Apakah ada rencana anorganik?
Butuh waktu. Kita sedang tertarik dengan negosiasi dan joint venture. Rencana akuisisi itu ada, tetapi tidak dalam jangka waktu yang dekat. Mudah-mudahan di 2020.
Bagaimana dengan rencana pembangunan pabrik?
Tahun ini kita sudah bangun di Myanmar. Dan kita sudah mulai konstruksi (pabrik) obat di Cikarang, mungkin selesai tahun depan. Setiap tahun selalu ada (pabrik baru).
Apakah ada pembangunan pabrik selain Myanmar?
Kita lagi pertimbangkan di Vietnem. Karena sistem kesehatan di sana terbuka dan peluang ekspor sangat terbuka. Belakangan investor asing lebih banyak ke Vietnam daripada ke Indonesia. Negara kita harus tingkatkan daya tarik investasi.
Kenapa kita mau investasi di Vietnam? Karena pengalaman kita (investasi) di Myanmar perizinan di sana cukup mudah. Ini bisa jadi catatan bagi negara kita masalah perizinan. Kadang kita kerjakan perizinan dalam sepotong-sepotong saja.
Bagaimana penerapan single OSS?
Kalau di pusat semua enggak ada masalah. Kalau di daerah belum tentu sesuai dengan bayangan kita.
Yang kita rasakan di Myanmar cukup satu pintu dalam perizinan dan perpajakan. Mereka selalu jemput bola dan proaktif. Kami merasa bahwa Indonesia harus improve persoalan daya saing.
Kapan ada rencana berinvestasi di Vietnam?
Kami lebih suka joint venture (JV), karena kalau bangun pabrik waktunya lama bisa dua sampai tiga tahun. Kalau JV kita bisa masuk berapa persen (patungan) maka kita sudah bisa masuk. Mudah-mudahan kita bisa dapat.
Dalam jangka panjang porsi ekspor berapa?
Sekarang lima persen, setiap tahun naik satu dan dua persen. Mungkin dalam tiga sampai empat tahun bisa 10 persen. Prioritas pertama ASEAN dan kedua di Afrika. Kami sudah punya basis penjualan di Nigeria dan Afrika Selatan.
Pasar di Eropa bagaimana pak?
Sebelum masuk Eropa, kami harus tingkatkan kualitas produksi. Karena standar Eropa berbeda dengan ASEAN dan Afrika. Standar kualitas harus naik, begitu juga di Amerika Serikat.
Mereka akan audit, sertifikasi baru produk bisa masuk. Mereka lebih tinggi requirement-nya namun lebih menguntungkan karena daya beli mereka lebih tinggi.
Kita harus inovasi agar membuat produk yang lebih bagus. Itu alasan kami buat pabrik di Cikarang untuk produk biologi. Produk biologi itu bahannya sel-sel yang hidup. Ini teknologinya baru. Ini suatu langkah dari Kalbe untuk melihat pasar global. Indonesia dan ASEAN kita penuhi namun dalam jangka panjang kita ke negara maju.
Apakah ada kenaikan (harga) obat tahun ini?
Lebih baik menaikkan volume daripada menaikan (harga) obat. Volume bisa membuat barang kita lebih efisien. Mungkin suatu saat naik harga. Hanya saja itu pilihan terakhir. Saya akan taruh sebagai pilihan terakhir di semester II.
Bagaimana dengan kapasitas produksi tahun ini?
Akan naik tujuh sampai delapan persen dibandingkan dengan 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News