Adapun istilah window dressing cukup familiar di pasar modal. Analis BNI Sekuritas William Siregar menjelaskan aksi ini kerap dilakukan manajer investasi pada akhir tahun.
"Pada akhir tahun, manajer investasi tentunya ingin menciptakan pertumbuhan yang baik di awal tahun selanjutnya. Nah, beberapa manajer investasi akan menggunakan bulan Desember untuk mengakumulasi saham-saham mereka menjadi suatu penambahan volume untuk meningkatkan Net Asset Value (NAV)," jelas William saat dihubungi Medcom.id, Senin, 30 Desember 2019.
Meski terkesan ada upaya memoles saham, William mengatakan hal tersebut sah-sah saja dan tidak memiliki aturan tertentu yang membatasinya. Hal senada juga dikatakan Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo. Dia bilang, window dressing sering dilakukan untuk mengerek saham yang dimiliki pada awal tahun.
"Window dressing dilakukan untuk saham yang terpuruk, mereka kepengin harga sahamnya kelihatan mahal. Tidak jarang, mereka juga yang kemudian melakukan posisi beli," jelasnya dalam wawancara bersama Metro TV, belum lama ini.
Efek window dressing ini terlihat pada penutupan tahun ini dengan IHSG sempat menyentuh level 6.299 dan berusaha menembus level tertingginya di tahun ini yang mencapai 6.507. IHSG naik pesat dari level 6.011 yang terjadi pada 24 November 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News