Direktur Utama Hartadinata Abadi Sandra Sunanto menjelaskan rencana tersebut merupakan salah satu rencana strategis untuk memperluas pangsa pasar.
"Di tahun ini ada rencana strategis lagi. Jelas, pangsa pasar harus ditingkatkan terus. Industri (perhiasan) ini tidak punya data khusus berapa potensial pasar. Jadi salah satunya dengan cakupan pasar atau market coverage," jelas Sandra saat konferensi pers di Hotel Milenium, Jakarta, Selasa, 11 Juni 2019.
Sebelum melakukan aksi penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa, Sandra mengatakan cakupan pasar perusahaan hanya sekitar Jawa Barat. Namun setelah IPO, perusahaan berencana akan melakukan penetrasi tidak hanya di Jawa Barat.
Sandra melihat Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera memiliki peluang margin yang besar. Hal itu yang mendorong perusahaan berencana menciptakan pasar retail baru di tiga pulau tersebut.
"Selain Sulawesi, Kalimantan, ada Sumatera. Ada di tiga pulau tersebut. Tapi bukan brand ACC. Kita melihat market di sana cukup baik. Kita mengembangkan retail karena kalau dielaborasi margin terbesar berasal dari retail," terang dia.
Direktur HRTA Deny Ong menambahkan dalam belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp10 miliar sampai Rp15 miliar untuk pembukaan gerai baru.
"2019 itu untuk pembukaan gerai sekitar Rp10 miliar sampai Rp15 miliar," imbuh Deny.
Selama 2018 perseroan telah membuka delapan toko perhiasan baru.
Pada 2018, perusahaan mencatat total pendapatan full year tumbuh 10,6 persen menjadi Rp2,746 triliun. Pertumbuhan pendapatan tersebut didorong oleh kenaikan harga emas selama 2018.
Dengan pertumbuhan pendapatan selama 2017, perseroan berhasil meningkatkan laba sebelum pajak tahun berjalan mencapai Rp165,8 miliar atau meningkat sebesar 12,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2017 sebesar Rp147,2 miliar, sehingga membukukan laba bersih di 2018 menjadi Rp123,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News