"Kalau kondisi yield obligasi 10 tahun turun ke 7,25 persen. Total return masih menarik sekira 12 persen hingga di akhir tahun," kata Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto di Menara Mandiri I, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (1/2/2017).
Kondisi ini, lanjut dia, dengan asumsi yield obligasi pemerintah AS (US treasury) bertenor 10 tahun pada level 2,6 persen. Selain itu suku bunga BI 7-day reverse repo rate pada 4,75 persen, credit defaut swap (CDS) tenor 5 tahun pada 157, dan nilai tukar rupiah Rp13.400 per USD.
Dirinya menambahkan, sejumlah katalis positif di tahun lalu masih mempengaruhi pasar obligasi pada tahun ini. Misalnya saja yield global bond yang berada pada posisi terendah yang disebabkan pengetatan kondisi moneter global.
"Nilai mata uang masih lemah karena kenaikan Fed Fund Rate. Volatilitas juga kemungkinan akan tinggi tahun ini karena semakin tingginya tingkat ketidakpastian seiring dengan hasil Brexit dan agenda politik di AS dan negara-negara Eropa," jelas dia.
Pada tahun lalu pasar obligasi juga dipengaruhi oleh Brexit serta kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS. Di tambah juga dengan hasil rapat The federal open market committee (FOMC) yang telah menaikkan suku bunga pada Desember 2016.
"Meski demikian, pasar obligasi rupiah memiliki ketahanan dan membukukan keuntungan solid 14 persen sejak rerata yield surat utang pemerintah turun 55 bps pada 2016. Obligasi rupiah Indonesia juga berada di posisi teratas di pasar obligasi mata uang lokal pemerintah Asia," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News