PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Persero) atau ASABRI diketahui menempatkan dananya ke saham-saham gorengan.
Ia mengatakan portofolio investasi Taspen ditempatkan pada instrumen yang aman. Mayoritas investasi ditempatkan pada instrumen yang memberikan hasil tetap (fixed income), yaitu surat utang maupun deposito dengan persentase 86,2 persen.
Rinciannya, porsi investasi di surat utang atau oblogasi sebesar 67,5 persen dan deposito sebesar 18,7 persen. Sementara sisanya ditaruh di reksa dana sebesar 6,7 persen, saham sebesar 4,9 persen, dan investasi langsung sebesar 2,2 persen.
"Kebijakan investasi kami lebih proaktif. Kami mestinya bisa kontribusi positif. Kalau kita investasi di saham bagus dan prudent. Obligasi, obligasi yang bagus," kata Kosasih di Menara Taspen, Jakarta, Senin, 27 Januari 2020.
Untuk menjaga likuiditas perusahaan dan keamanan dana, Kosasih juga menjelaskan, Taspen menempatkan hampir 80 persen deposito di bank BUMN, 18 persen di Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan dua persen pada bank umum yang merupakan anak usaha dari Bank Mandiri dan Taspen yaitu Bank Mandiri Taspen.
Sementara untuk investasi saham, Taspen memilih saham-saham emiten yang sebagian sangat besar terdaftar pada Indeks LQ45 dan didominasi oleh saham-saham blue chip. Saat ini Taspen menaruh investasi di 39 saham.
Beberapa portofolio investasi saham dengan bobot kepemilikan besar di antaranya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 24,01 persen, PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 10,44 persen, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) sebesar 8,81 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 6,45 persen, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 6,36 persen.
"Dalam proses pemilihan saham untuk alokasi investasi, kami selalu mengutamakan aspek makro ekonomi, fundamental, prospek bisnis, likuiditas, dan valuasi perusahaan yang wajar dan seksama serta memeperhitungkan pula faktor-faktor teknikal," jelas Kosasih
Pada instrumen reksa dana, Kosasih menambahkan perusahaan berinvestasi melalui lima Manajer Investasi (MI) yang memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) di atas Rp4 triliun hingga sekitar Rp50 triliun. Sebagian MI tersebut menduduki peringkat 15 besar.
"Kami berkomitmen untuk selalu menerapkan prinsip kehati-hatian yang kami pegang teguh guna menjamin keamanan dana investasi yang kami kelola untuk memberikan manfaat secara maksimal kepada peserta," pungkas Kosasih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News