Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan tertekannya bursa saham regional pada perdagangan kemarin dikarenakan hasil pemungutan suara di Amerika Serikat yang menyatakan akan memberikan sanksi kepada pejabat Tiongkok atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Xinjiang.
Hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi kesepakatan perdagangan kedua negara tesebut. Alhasil kondisi tersebut memberi imbas kepada pergerakan IHSG. "Bearish-nya bursa saham regional menjadi katalis utama. Keresahan terhadap perdagangan AS-Tiongkok merambah ke semua penjuru," kata Lanjar, dalam riset hariannya, Kamis, 5 Desember 2019.
Namun secara teknikal, Lanjar menuturkan, pergerakan indeks mampu bertahan di level resistance rata-rata harga saham 50 hari (MA50). Artinya peluang penguatan masih besar jika indeks terus melaju di zona hijau.
"Diperkirakan IHSG berpeluang menguat dengan support dan resistance 6.140-6.120," sebut dia.
Selanjutnya, kata Lanjar, investor akan menanti data keyakinan konsumen dalam negeri, data factory order di Jerman dan Amerika Serikat, penjualan ritel dan PDB di Zona Eropa serta tingkat pengangguran di Amerika Serikat.
Beberapa saham yang bisa diperhatikan investor hari ini adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI).
Di sisi lain, bursa saham Amerika Serikat ditutup lebih tinggi pada Rabu waktu setempat (Kamis WIB), karena investor mencerna data ekonomi terbaru. Meski demikian, ketidakpastian perdagangan membuat pelaku pasar masih khawatir lantaran berpeluang memberi tekanan terhadap gerak pasar saham.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik sebanyak 146,97 poin atau 0,53 persen menjadi 27.649,78. Sementara S&P 500 naik sebanyak 19,56 poin atau 0,63 persen menjadi 3.112,76. Indeks Komposit Nasdaq naik sebanyak 46,03 poin atau 0,54 persen menjadi 8.566,67.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News