"Tahun ini kami tidak bagi dividen meski Capital Adequacy Ratio (CAR/rasio kecukupan modal) besar. Laba kami 20 persen untuk dana cadangan sesuai Undang-Undang Perseroan, sisanya 80 persen untuk penguatan bisnis ke depan," ujar Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahaju di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Pusat, Jumat, 10 Mei 2019.
Daniel menjabarkan aset perseroan meningkat 23 persen menjadi Rp3,84 triliun. Pertumbuhan ini didorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp646 miliar atau 34 persen.
Di sisi lain, laba bersih bank mengalami penurunan menjadi Rp11,39 miliar pada 2018 dari Rp18,34 miliar pada 2017. Hal ini, kata Daniel, dipicu meningkatnya biaya operasional seiring meningkatnya produktivitas dan penambahan innfrastruktur.
Sementara untuk penyaluran kredit secara poin to poin pada 2018 naik sekitar 20 persen menjadi Rp1,76 triliun, yang diikuti rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang menurun dari angka 4,6 persen di 2017 menjadi 2,43 persen di akhir 2018.
Daniel merinci berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit tertinggi di sektor jasa dan usaha sebesar Rp773 miliar atau 44 persen dari total penyaluran kredit bank sepanjang 2018. Untuk sektor perdagangan, restoran, dan hotel sekitar 16 persen atau mencapai Rp275 miliar. Sementara untuk penyaluran kredit UMKM sebesar Rp282 miliar.
"Kemudian dilihat dari pembagian kredit berdasarkan jenis penggunaan, kredit produktif bank yang terdiri dari kredit modal kerja dan investasi mempunyai porsi sekitar 97 persen dari total penyaluran kredit selama 2018," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
