Ilustrasi. (FOTO: MI/Atet Dwi Pramadia)
Ilustrasi. (FOTO: MI/Atet Dwi Pramadia)

Soal Holding, Investor Wait and See

28 November 2017 12:00
Jakarta: Investor di pasar modal masih belum memberikan respons positif terhadap rencana pemerintah menggabungkan tiga badan usaha milik negara (BUMN) pertambangan ke dalam holding tambang, yakni PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
 
Hal itu terlihat dari pergerakan tiga saham BUMN tambang yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham tiga calon anak usaha holding tambang yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk cenderung bergerak datar dengan kecenderungan menurun.
 
Pergerakan saham PT Antam pada perdagangan Senin 27 November 2017 ditutup melemah lima basis poin ke level 655 atau turun 0,76 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya. Hal serupa terjadi pada PT Timah yang ditutup melemah 20 basis poin di level 840 atau terkoreksi 2,33 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.

Adapun untuk PTBA, perdagangan ditutup positif pada level 10.900 atau naik 100 basis poin atau 0,93 persen dari perdagangan sebelumnya. Hal itu kontradiktif dengan yang biasa terjadi apabila investor melihat manfaat besar dari rencana aksi korporasi emiten.
 
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi Taulat mengatakan sampai saat ini investor dalam kondisi menunggu hasil dari afiliasi dan struktur permodal-an yang akan ditetapkan dari holding.
 
Apalagi pengalihan saham milik pemerintah dari tiga BUMN tambang itu ke holding dinilai menyebabkan perubahan mendasar atas status perseroan sehingga perlu dilakukan tender offer.
 
"Aksi tersebut masih dicermati investor. Oleh karena itu, investor masih wait and see hingga saat ini," ujarnya saat dihubungi, kemarin.
 
Wacana tender offer itu sebelumnya pernah dilontarkan Direktur Utama BEI Tito Sulistyo. Tito beralasan bahwa langkah itu perlu dilakukan guna melindungi kepentingan investor minoritas karena terjadi perubahan struktur kepemilikan saham. Namun, hal itu telah ditepis pihak Kementerian BUMN.
 
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media, Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, berdasarkan hasil konsultasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inalum tidak perlu melakukan tender offer karena tidak ada perubahan kepemilikan dan masih tetap di bawah kendali pemerintah Indonesia.
 
Meskipun demikian, investor masih menanti kejelasan masalah tender offer itu dalam pelaksanaan RUPSLB yang rencananya digelar besok (Rabu, 29 November).
 
Lanjar menjelaskan bahwa dari penjelasan yang disampaikan pemerintah telah terlihat visi yang cukup optimistis dalam jangka waktu dekat pascapengalihan saham milik pemerintah ke Inalum.
 
Keberadaan holding akan meningkatkan kemampuan finansial dan akses pendanaan bagi anggota holding. Selain itu, akan terjadi diversifikasi produk dan hilirisasi yang bisa bermanfaat sebagai hedging terhadap fluktuasi harga komoditas.
 
"Pengabungan ini akan berdampak sangat positif untuk ketiga perusahaan BUMN tersebut. Hanya saja prosedurnya masih terus dicermati investor hingga hasil RUPSLB, terutama soal struktur permodalan dan bentuk afiliasinya seperti apa nanti," tandasnya. (Media Indonesia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan