Ilustrasi -- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Ilustrasi -- ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Mengapa Tukar Guling Saham Mitratel Ditolak?

Ade Hapsari Lestarini • 03 Juli 2015 18:08
medcom.id, Jakarta: Penolakan rencana share swap atau tukar guling saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) dengan PT Tower Bersama Insfrastructure Tbk (TBIG) dipertanyakan.
 
"Kita berharap transaksi share swap bisa terjadi. Dari awal kita mempertanyakan apakah pihak-pihak ini mengerti atau tidak dengan mekanisme share swap tersebut," kata Head of Research NH Korindo Securities Reza Priyambada, Jumat (3/7/2015).
 
Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI dengan Dirut Telkom pada 2 Juli 2015, Komisi VI menolak rencana pertukaran saham saham Mitratel dengan TBIG. Beberapa hari sebelumnya, Menteri BUMN menyatakan Dewan Komisaris Telkom secara lisan juga menyatakan kepada Menteri Rini Soemarno tentang pembatalan rencana share swap saham Mitratel.

Reza menilai alasan penolakan terhadap rencana tukar guling saham Mitratel dengan TBIG tidak jelas. "Apa alasan penolakannya? Kalau misalnya ada potensi kerugian atau korupsi. Semua transaksi ada potensi kerugian, tidak hanya terjadi pada aksi jual beli saham itu. Kalau semua transaksi dianggap berpotensi korupsi, tidak ada transaksi. Kalau tidak ada transaksi, perusahaan tidak bisa ekspansi," jelasnya.
 
Chairman dari Indonesian Capital Market Community ini menambahkan, ekspektasi pasar terhadap share swap ini sudah tinggi. Ibaratnya, begitu ada berita rencana aksi share swap tersebut, pasar berharap kinerja Telkom akan meningkat.
 
"Dengan adanya ekspektasi tersebut, kita masuk melakukan aksi beli saham Telkom, kita akan mengakumulasi saham dengan harapan akan ada peningkatan. Begitu transaksi dibatalkan kita kecewa, akhirnya dijual semua saham. Ketika pelaku pasar melakukan aksi menjual, yang terjadi adalah harga saham akan turun. Jadi pengaruhnya ke sentimen, ekspektasi pasar," bebernya.
 
Reza menyayangkan anggapan orang bahwa share swap Mitratel berarti menaranya dijual ke TBIG, jual aset, transaksinya merugikan Telkom. Menurut Reza sebenarnya tidak merugikan, karena Telkom punya opsi untuk menambah kepemilikan di TBIG. Jadi secara langsung TBIG akan jadi miik Telkom. Jadi dampaknya positif karena menambah kinerja dari Telkom.
 
"Kalau Telkom maintain sendiri menaranya, itu tidak efisien, karena penyewa menara Mitratel cuma Telkom. Sementara di TBIG satu menara bisa dipakai oleh beberapa oprator, biaya operasionalnya bisa dibagi. Kalau misalnya Telkom menguasai menara, itu juga tidak efisien karena beban operasionalnya justru banyak ditanggung oleh Telkom," tambahnya.
 
Apalagi dengan share swap tersebut Telkom punya opsi untuk kepemilikan di TBIG. Jadi dengan transaksi itu Telkom akan menguasai TBIG. Itu akan lebih enak lagi karena nanti kinerja dari TBIG, hasil penyewaan-penyewaan menara TBIG dengan operator yang lain nanti ada bagian yang bisa diambil oleh Telkom.
 
Direksi Telkom sempat memaparkan beberapa keuntungan transaksi Mitratel yang akan didapat bagi masyarakat, pelanggan dan industri di Indonesia. Misalnya aksi korporasi tersebut bertujuan untuk mendukung pencapaian kapitalisasi pasar Telkom, perusahaan BUMN yang menjadi salah satu ikon bursa saham Indonesia dan menjadikan Telkom tetap menarik bagi investor dan masyarakat.
 
Keuntungan kedua, dapat mendorong industri yang lebih sehat dan efisien dengan infrastruktur (tower) sharing. Dan ketiga, dengan industri yang sehat, operator telekomunikasi akan lebih fokus pada bisnis intinya dan berkompetisi secara positif untuk meningkatkan layanan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi pelanggan dan masyarakat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan