Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengaku penurunan kredit konsumer utamanya disebabkan oleh kredit kendaraan bermotor (KKB) yang negatif dua persen (yoy) menjadi Rp47,8 triliun. Padahal di periode sama tahun lalu KKB meningkat 7,7 persen (yoy) menjadi Rp41,5 triliun.
"KKB kalau kita amati di kota besar seperti di Jakarta dengan adanya MRT, kemudian online transportation, maka memudahkan orang untuk pergi ke kantor. Mereka tidak harus bangun terlalu pagi dan tidak harus berkeringat untuk nyetir karena kena macet," ujar Jahja dalam konferensi pers Paparan Kinerja BCA Kuartal III-2019 di Hotel Indonesia Kempinski, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin, 28 Oktober 2019.
Menurutnya, perbaikan moda transportasi massa dan pesatnya pertumbuhan transportasi daring di kota-kota besar membuat konsumen BCA mulai mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Sehingga, keinginan untuk memiliki kendaraan melorot drastis.
"Mereka menggunakan online transportation, menggunakan MRT, sehingga kebutuhan akan mobil lebih dari satu juga berkurang. Bahkan yang belum punya mobil pun mungkin merasakan, untuk apa punya kendaraan karena ada banyak kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih diperlukan," ungkap dia.
Kondisi ini yang Jahja anggap mengganggu pertumbuhan KKB sehingga menyeret kenaikan KKB BCA. "Sehingga akhirnya growth-nya negatif, Itu yang terjadi kenapa secara umum (pertumbuhan kredit) konsumer kita cuman naik empat persen," tukasnya.
Bili dirinci pada KKB, kredit kendaraan mobil atau roda empat tumbuh 0,8 persen (yoy). Sementara, kredit kendaraan motor atau roda dua negatif 36,1 persen. "Kita mengalami bahwa untuk peningkatan daripada kredit mobil berkurang. Apalagi motor, malah negatif," aku Jahja.
Adapun total kredit pada kuartal III-2019 meningkat 10,9 persen (yoy) menjadi Rp585 triliun dengan tingkat kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) tercatat pada level 1,6 persen di September 2019. Jahja bilang, pertumbuhan kredit utamanya didukung segmen bisnis dengan kredit korporasi tumbuh 16,5 persen yoy menjadi Rp232 triliun
"Sementara kredit komersial dan usaha kecil menengah (UKM) tumbuh 10,5 persen (yoy) menjadi Rp192,2 triliun," paparnya.
Dalam porsi kredit konsumer, kredit beragun properti (KPR) tumbuh 6,8 persen menjadi Rp92,1 triliun, kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB) melorot dua persen menjadi Rp47,8 triliun, dan saldo pinjaman kartu kredit tumbuh 10,4 persen yoy menjadi Rp13,4 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News