Ilustrasi. FOTO: MI/SUSANTO
Ilustrasi. FOTO: MI/SUSANTO

Rupiah Berjaya di Rp14.221/USD

Angga Bratadharma • 04 September 2019 09:18
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Rabu pagi terpantau menguat dibandingkan perdagangan hari sebelumnya di posisi Rp14.227 per USD. Mata uang Paman Sam terlihat loyo usai mata uang Inggris, poundsterling kembali menguat yang menyebabkan rupiah sukses bergerak bebas di zona hijau.
 
Mengutip Bloomberg, Rabu, 4 September 2019, nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi dibuka melonjak ke Rp14.221 per USD. Pagi ini nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp14.210 hingga Rp14.222 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.011 per USD.
 
Di sisi lain, kurs dolar Amerika Serikat melemah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), di tengah penguatan poundsterling. Kondisi itu karena Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kehilangan suara penting Brexit di parlemen, mengurangi kekhawatiran atas kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan.

Indeks USD, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04 persen jadi 98,9947 pada perdagangan terakhir. Pada perdagangan terakhir di New York, euro turun jadi USD1,0966 dari USD1,0970 pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik jadi USD1,2085 dari USD1,2067 pada sesi sebelumnya.
 
Dolar Australia naik menjadi USD0,6760 dibandingkan dengan USD0,6716. Dolar AS dibeli 105,99 yen Jepang, lebih rendah dibandingkan dengan 106,19 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9874 franc Swiss dibandingkan dengan 0,9904 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3326 dolar Kanada dibandingkan dengan 1,3328 dolar Kanada.
 
Pemerintah Inggris dikalahkan dengan selisih 27 suara ketika anggota parlemen pemberontak merebut kendali agenda parlemen pada Selasa, 3 September, yang akan memungkinkan debat RUU untuk memblokir Brexit tanpa kesepakatan.
 
Hasil pemilihan parlemen dipandang sebagai pukulan berat bagi Johnson, yang berjanji untuk membawa negaranya keluar dari Uni Eropa (UE) pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan, meskipun ada tentangan keras dari pemberontak Tory dan anggota parlemen oposisi.
 
Dengan aliansi pemberontak mengambil kendali parlementer, diharapkan bahwa undang-undang yang berusaha untuk menunda keberangkatan Inggris dari Uni Eropa melampaui 31 Oktober akan diajukan. Kondisi ini mau tidak mau membuat Brexit memicu ketidakpastian ekonomi di Inggris.
 
Sementara itu, saham-saham di Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Kondisi itu terjadi karena investor memantau perkembangan terbaru hubungan perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok serta data terbaru ekonomi utama.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan