Pada pembukaan indeks di awal 2015 menyentuh posisi 5.240, sedangkan penutupan perdagangan ditutup menguat 15,82 poin ke posisi 5.242. IHSG ditutup menguat sebesar 53,08 poin (1,24 persen) di poisisi 4.327. Awal Februari indeks melemah 13,95 poin (0,26 persen) ke posisi 5.275,45. Sepanjang Februari indeks sempat menyentuh level 5.400-an, tapi di akhir Februari 2015 indeks ditutup melemah 1,13 poin ke posisi 5.450.
Perdagangan awal Maret 2015, indeks dibuka menguat 5,69 poin ke level 5.455, akhir Maret 2015 indeks semakin merekah yang mengalami kenaikan 80,01 poin ke level 5.518. Awal April 2015, indeks melemah 7,91 poin ke level 5.510. Sepanjang April 2015 mengalami gejolak yang luar biasa, hingga indeks di akhir bulan menyentuh level 5.086.
Pada 1 Mei 2015, indeks kembali dibuka positif menguat 6,81 poin (0,1 persen) ke level 5.093. Sepanjang Mei, indeks bergerak luar biasa ke posisi 5.200 an, sampai akhir Mei 2015 indeks menyentuh level 5.226. Awal Juni 2015, indeks berkurang 8,64 poin (0,16) persen ke level 5.207. Indeks pun fluktuatif di Juni 2015 hingga merosot di bawah 5.000 an. Buktinya pada akhir Juni 2015 indeks ke level 4.910, meski pada hari itu gerak indeks tumbuh positif 0,58 persen.
Kemudian di awal bulan ketujuh 2015, indeks menguat 13,35 poin (0,27 persen) ke level 4.924, dengan raihan penutupan perdagangan di akhir Juli ke posisi 4.802. Indeks terpukul kembali 23,82 poin ke posisi 4.778 di awal Agustus 2015. Pada Agustus indeks jatuh ke posisi 4.500 an, tapi di akhir Agustus 2015 penutupan indeks menyentuh level 4.509.
Indeks makin terpuruk 28,73 poin ke level 4.480 di awal September 2015. Bulan September indeks makin terguncang jauh ke posisi 4.200, di mana posisi indeks menyentuh 4.223 di akhir September 2015. Gerak indeks di 1 Oktober 2014 mengalami kenaikan 20,34 poin (0,21 persen) ke level 4.244 dan diakhiri penutupan perdagangan di akhir Oktober melemah 16,8 poin (0,4 persen) ke level 4.455.
Laju IHSG dibuka melemah 14,48 poin (0,3 persen) ke 4.440 pada awal November 2015, di akhir November 2015 indeks ambruk kembali 114,10 poin ke level 4.446. Posisi Desember 2015 Indeks kebanyakan berkutat di level 4.500 an, dengan posisi akhir indeks 2015 yang akan ditentukan esok hari.
Indeks sepanjang tahun ini banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Alhasil, ekonomi nasional pun cenderung di bawah lima persen hingga akhir 2015. Tidak hanya itu, kepastian The Fed terkait suku bunganya (fed rate) pun memberi imbas besar bagi laju indeks di 2015.
Perlambatan ekonomi Tiongkok yang imbasnya ke harga komoditas pun memiliki arti penting bagi perjalanan indeks. Nilai tukar rupiah yang sempat ke level Rp14.000 per USD pun memberi sentiment negatif ke IHSG. Bayangkan saja, level IHSG sempat menyentuh 5.500-an. Namun, banyaknya sentimen negatif memberi angin yang tidak bagus bagi indeks yang terjungkal 13 persen hingga penghujung tahun ini.
Adapun iklim politik sudah tidak memiliki masalah yang besar bagi indeks. Meski begitu, iklim politik masih menjadi hal penting untuk diwaspadai, agar sentimennya tidak memukul berat gerak IHSG di 2015.
Menurut Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo, gerak indeks sepanjang 2015 dipengaruhi oleh kepastian The Fed terkait fed rate. Tapi, sentimen itu sudah terhapus semua, dikala The Fed menaikkannya ke level 0,25 persen, akhirnya indeks yang tadinya sering terpukul, saat ini sudah bergerak dengan baik.
Laju rupiah yang sempat tertekan ke level Rp14.000 per USD, diakui Satrio, hal itu pun menghantam indeks. Dengan adanya pelemahan rupiah, Bank Indonesia (BI) pun menjaga baik nilai tukar rupiah terhadap mata uang Paman Sam (USD) belakangan ini.
"Penjagaan nilai tukar rupiah yang dilakukan BI pun ada pengaruhnya dari suku bunga The Fed. BI terus memantau The Fed, tapi apa yang terjadi saat ini, The Fed sudah menurunkan, namun BI masih tetap menjaga nilai tukar. BI yang takut akan The Fed sepanjang 2015, hal itu membuat indeks kita tertekan," ungkap Satrio kepada Metrotvnews.com.
Dengan gejolak dan sentimen itu yang terjadi di 2015, dia menyebutkan, indeks diperkirakan menyentuh level 4.300-4.700an. "Indeks pun tidak akan melebihi level itu, memang sebelumnya bisa diperkirakan ke level 5.000, tapi sangat susah digapai," jelas Satrio.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio turut andil bicara. Tito mengakui, sepanjang 2015 gerak indeks banyak dipengaruhi oleh sentimen dalam dan luar negeri. Paling utama, sentimen dari The Fed dan nilai tukar rupiah yang sempat terpuruk. Indeks pun terbantu di kuartal III-2015, karena kinerja keuangan emiten yang mulai menunjukkan peningkatan, ditambah dengan realisasi belanja anggaran pemerintah yang mulai meningkat hingga akhir kuartal III-2015 yang lalu.
Memang ada sentimen positif di akhir 2015, tapi Tito akan terus memantau berbagai kondisi ekonomi, baik dari sisi makro maupun mikro. "Akhir tahun ini, saya terus terang menunggu beberapa hal, Hasil kuartal III dari semua perusahaan dan sepertinya sebanyak 75 persen emiten untung. Faktor terkahir menunggu suku bunga acuan (BI rate). Kalau BI rate turun itu bagus banget," tegas Tito.
Sementara itu, Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo menambahkan, gerak indeks belakangan ini mulai membaik, sebab sentimen dari The Fed sudah mulai mereda, dan rupiah sudah strong di level Rp13.600 per USD. Oleh karena itu, gerak indeks di perkirakan ke level 4.525-4.600.
"Masih ada ruang lah, setelah perayaan Natal pasar masih mengapresiasi penuh. Rupiah juga sudah bagus tidak sentuh level Rp14.000 an lagi, tapi sudah di bawah Rp13.600 per USD. Maka kami harapkan pasar bisa kembali kuat," pungkas Lucky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News