Namun, transaksi tersebut dipertanyakan oleh pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) karena perseroan melakukan pembelian surat utang saat sedang mengalami kesulitan pembayaran Equity-Linked Bonds yang diterbitkan BLD Investment Pte. Ltd.
Utamanya, jika kondisi tersebut dikaitkan dengan Madison Global selaku issuer yang tidak memiliki saldo laba, tidak membukukan pendapatan, dan tidak memiliki kas dari aktivitas operasi untuk periode yang berakhir 31 Desember 2013.
Argumentasi pihak bursa langsung direspons oleh Corporate Secretary PT Bakrieland Development Tbk (ELTY), Erry Zulamri Djaelani, dalam laporannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (27/8/2014).
"Prospek industri properti Indonesia yang cerah, dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, mendorong BNS untuk senantiasa mengembangkan usahanya pada industri properti dengan meningkatkan persediaan lahan (landbank)," jelas Erry.
Dia menambahkan, hal tersebut sesuai dengan ekspansi usaha, peningkatan kinerja usaha, dan keuangan BNS yang akan memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham.
"BNS melihat adanya peluang usaha baru yang berpotensi memberikan dampak positif bagi BNS pada masa mendatang," tambah dia.
Oleh karena itu, BNS melakukan transaksi pembelian SUK yang diterbitkan MG, di mana MG memiliki sejumlah landbank yang potensial.
Adapun jumlah aset tidak lancar MG tercatat sebesar Rp2,588 miliar dari sebelumnya yang sempat terungkap Rp2,188 miliar. Sehingga, tambah dia, total aset seharusnya sebesar Rp1,6 triliun.
Dia menambahkan, untuk cash inflow dari pembayaran bunga dan pokok SUK seharusnya sudah dibayarkan pada 7 Agustus 2014. Namun, perseroan belum menerima pembayaran sampai saat ini.
"Pokok SUK dibayarkan (dilunasi) pada tanggal akhir jatuh tempo yakni pada 7 Februari 2015 atau selambat-lambatnya 14 hari sejak tanggal akhir jatuh tempo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News