Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menilai gerai 7-Eleven memiliki konsep yang berbeda dengan minimarket lainnya. Namun, konsep yang berbeda tersebut justru malah menjatuhkan waralaba asing tersebut.
"Sevel ini kan di tengah-tengah. Setengah ritel, setengah restoran atau kafe. Sedangkan pesaingnya solid dan fokus. Ini yang menyebabkan kompetisi terbuka dan Sevel kalah," ucap Enny saat dihubungi Media Indonesia, Rabu 28 Juni 2017.
Apalagi, 7-Eleven belum diizinkan untuk berekspansi di luar Jakarta. Kondisi itu lah yang membuat pertumbuhan binis waralaba asing tersebut tidak mampu bertahan lama di Indonesia.
"Sesuai prinsip ekonomi, kalau skala bisnis makin besar, akan lebih efisien. Sedangkan Sevel tidak diizinkan sebesar itu. Jadi, ini (tutupnya gerai 7-Eleven) karena persaingan murni," cetusnya.
Kondisi itu diperparah dengan masih lesunya ekonomi Indonesia yang membuat daya beli masyakarat belum pulih. Terlebih barang yang dijual di gerai 7-Eleven lebih menyasar pada makanan dan minuman untuk anak muda kelas menengah. Harganya pun terlihat kurang kompetitif ketimbang gerai minimarket lainnya.
"Kondisi ekonomi masih turun. Jadi berdampak pada daya beli kelompok menengah dan ini sangat terasa bagi gerai-gerai seperti 7-Eleven," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id