Jakarta: PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB/SBI) atau yang dulunya bernama Holcim Indonesia membalikkan kinerja dengan kembali mencetak laba positif dibandingkan kerugian yang dialami perseroan sejak 2016 silam.
"Hal ini terjadi di tengah pasar yang relatif stagnan dan kelebihan pasokan yang masih membayangi industri semen nasional," tutur Corporate Communications Manager Solusi Bangun Indonesia Diah Sasanawati dalam keterangan tertulisnya, Senin, 2 Maret 2020.
Menurutnya, SBI dinilai mampu meningkatkan kinerja signifikan sejak bergabung dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG pada awal 2019.
Perseroan tercatat menutup 2019 dengan peningkatan pendapatan sebesar 6,55 persen menjadi Rp11,048 miliar dibandingkan tahun sebelumnya di posisi Rp10,378 miliar.
Selain itu perseroan juga membukukan laba sebesar Rp499 miliar dibandingkan 2018 yang tercatat merugi sebesar Rp828 miliar. Adapun volume penjualan semen dan terak naik 4,80 persen dibandingkan 2018 sebagai hasil peningkatan utilisasi, serta sistem distribusi dan pemasaran yang terintegrasi dengan SIG.
Perseroan juga menekan beban pokok pendapatan hingga 6,43 persen, sehingga SBI terus menfokus ciptakan inovasi-inovasi baru untuk keberlanjutan Perseroan di masa depan.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat industri semen domestik tumbuh tipis 0,3 persen pada 2019 atau mencapai volume penjualan sebesar 69,8 juta ton. Realisasi ini jauh di bawah ekspektasi pertumbuhan 4,8 persen yang diproyeksikan sebelumnya.
Sedangkan penjualan ke pasar ekspor pada 2019 mencapai 6,4 juta ton atau naik 11,8 persen dari 5,7 juta ton pada 2018.
Sinergi yang terbangun dan semakin kuat bersama SIG, membantu mendongkrak volume penjualan pada 2019 lebih tinggi dari pertumbuhan pasar menjadi 12,3 juta ton atau naik 4,80 persen dari 11,8 juta ton pada 2018 dan mempertahankan pangsa pasar.
Peningkatan volume ini didorong oleh peningkatan penjualan semen dan terak domestik sebesar 5,01 persen menjadi 11,8 juta ton dari 11,3 juta ton pada 2018. Serta peningkatan volume penjualan beton jadi (ready-mixed concrete) sebesar 3,19 persen menjadi 1.501 m3 pada 2019 dari 1.454 m3 pada tahun sebelumnya.
Kombinasi peningkatan volume dan kekuatan merek produk perseroan, mampu meningkatkan pendapatan menjadi Rp11,06 triliun atau naik 6,55 persen dari Rp10,38 triliun pada tahun sebelumnya.
Sedangkan EBITDA naik 64,29 persen menjadi Rp1,78 triliun pada 2019 dari Rp1,08 triliun pada 2018. Program-program efisiensi yang dijalankan oleh perseroan sepanjang 2019, mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 6,43 persen.
"Hal ini terjadi di tengah pasar yang relatif stagnan dan kelebihan pasokan yang masih membayangi industri semen nasional," tutur Corporate Communications Manager Solusi Bangun Indonesia Diah Sasanawati dalam keterangan tertulisnya, Senin, 2 Maret 2020.
Menurutnya, SBI dinilai mampu meningkatkan kinerja signifikan sejak bergabung dengan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG pada awal 2019.
Perseroan tercatat menutup 2019 dengan peningkatan pendapatan sebesar 6,55 persen menjadi Rp11,048 miliar dibandingkan tahun sebelumnya di posisi Rp10,378 miliar.
Selain itu perseroan juga membukukan laba sebesar Rp499 miliar dibandingkan 2018 yang tercatat merugi sebesar Rp828 miliar. Adapun volume penjualan semen dan terak naik 4,80 persen dibandingkan 2018 sebagai hasil peningkatan utilisasi, serta sistem distribusi dan pemasaran yang terintegrasi dengan SIG.
Perseroan juga menekan beban pokok pendapatan hingga 6,43 persen, sehingga SBI terus menfokus ciptakan inovasi-inovasi baru untuk keberlanjutan Perseroan di masa depan.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat industri semen domestik tumbuh tipis 0,3 persen pada 2019 atau mencapai volume penjualan sebesar 69,8 juta ton. Realisasi ini jauh di bawah ekspektasi pertumbuhan 4,8 persen yang diproyeksikan sebelumnya.
Sedangkan penjualan ke pasar ekspor pada 2019 mencapai 6,4 juta ton atau naik 11,8 persen dari 5,7 juta ton pada 2018.
Sinergi yang terbangun dan semakin kuat bersama SIG, membantu mendongkrak volume penjualan pada 2019 lebih tinggi dari pertumbuhan pasar menjadi 12,3 juta ton atau naik 4,80 persen dari 11,8 juta ton pada 2018 dan mempertahankan pangsa pasar.
Peningkatan volume ini didorong oleh peningkatan penjualan semen dan terak domestik sebesar 5,01 persen menjadi 11,8 juta ton dari 11,3 juta ton pada 2018. Serta peningkatan volume penjualan beton jadi (ready-mixed concrete) sebesar 3,19 persen menjadi 1.501 m3 pada 2019 dari 1.454 m3 pada tahun sebelumnya.
Kombinasi peningkatan volume dan kekuatan merek produk perseroan, mampu meningkatkan pendapatan menjadi Rp11,06 triliun atau naik 6,55 persen dari Rp10,38 triliun pada tahun sebelumnya.
Sedangkan EBITDA naik 64,29 persen menjadi Rp1,78 triliun pada 2019 dari Rp1,08 triliun pada 2018. Program-program efisiensi yang dijalankan oleh perseroan sepanjang 2019, mampu membantu menurunkan beban pokok pendapatan sebesar 6,43 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id