"Bursa Indonesia masih meradang dipicu berbagai hal seperti kondisi ekonomi global karena isu virus korona," kata pengamat pasar modal dan CEO Teman Trader Luke Syamlan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2020.
Selain virus korona, isu krisis likuditas juga membuat investor asing mencabut dananya di pasar sekitar Rp1,75 triliun. Luke sekaligus menampik rontoknya saham Telkom akibat cibiran Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
"Itu yang bikin indeks rontok dan bikin saham-saham blue chips seperti Telkom ikut terjengkang. Jadi tak ada itu karena statement Menteri BUMN bikin sentimen negatif bagi Telkom," jelasnya.
Dia mengungkapkan selama perdagangan kemarin semua sektor terkoreksi tanpa terkecuali. Saham-saham yang menjadi penggerak IHSG sekitar 90 persen mengalami penurunan.
Bahkan, saham milik empat bank besar seperti Bank Mandiri, BRI, dan BCA juga mengalami tekanan jual yang drastis. Berdasarkan catatan, IHSG mengalami penurunan year to date hingga 12,1 persen dan rata-rata penurunan saham operator telekomunikasi mencapai 21,5 persen. Harga saham Telkom tercatat turun year to date 11,3 persen.
"Penurunan harga saham TLKM dari awal tahun hingga saat ini tidak setajam penurunan rata-rata operator telekomunikasi atau industrinya. Hal ini mengingat fundamental Telkom dipandang cukup kuat, utamanya didukung IndiHome dengan pertumbuhan pelanggan yang signifikan," tambah Luke.
Menurutnya pasar hari ini akan cenderung masih dalam tekanan koreksi, apalagi belum ada tanda-tanda respons pemerintah atas dampak pelambatan ekonomi imbas pandemi Covis-19. Berbeda dengan Tiongkok yang merespons dengan inject dana di capital market sebanyak USD178 miliar untuk menjaga pasar agar tidak ambrol ketika sesi perdagangan dibuka pascalibur Imlek lalu.
"Tekanan aksi jual asing di pasar yang tidak bertenaga ini membuat lebih dari 300 saham ditutup negatif dan hanya 92 saham yang naik di mana mayoritas adalah saham saham lapis dua dan tiga yang notabene adalah saham gorengan," tutur dia.
Sementara itu VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo mengakui pada pekan ini saham-saham operator telekomunikasi tengah terkoreksi imbas kondisi makro ekonomi,. "Hal ini bisa kita lihat dari IHSG di BEI yang memang sedang mengalami penurunan cukup tajam," ucap Arif.
Erick Thohir sebelumnya menyentil bisnis Telkom. Di era teknologi yang berkembang begitu cepat, perusahaan-perusahaan BUMN dituntut untuk melakukan perubahan, gebrakan, dan inovasi baru dalam berbisnis.
Direksi perusahaan pelat merah pun diminta harus lebih kreatif menciptakan model bisnis baru. Pasalnya, jika hanya mengandalkan model bisnis lama nantinya justru akan merugikan perusahaan. Begitu juga dengan direksi dan manajemen Telkom.
"Ini era disrupsi era teknologi yang tidak bisa terhindarkan. Jadi kalau direksi BUMN sudah antiperubahan tak lihat teknologi jadi komponen terpenting berusaha, kita akan berat," kata Erick dalam sambutannya di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.
Selama ini, menurut Erick yang juga mantan pebisnis, bisnis Telkom sebagai perusahaan penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi pelat merah ini flat dan tidak berkembang. Erick menyinggung bahwa selama ini Telkom mendapat keuntungan dari anak usahanya saja.
"Saya juga enak jadi Telkom, Telkomsel dividen, revenue Telkomsel digabung ke Telkom hampir 70 persen," singgungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News