Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), pendapatan konstruksi adalah kompensasi untuk jasa yang dilakukan kelompok usaha dalam pembangunan jalan tol baru dan peningkatan kapasitas jalan tol.
Pendapatan konstruksi dinilai dengan menggunakan metode cost-plus. Seluruh biaya yang dapat diatribusikan langsung sebagai nilai perolehan aset tambahan dengan margin tertentu.
"Pendapatan konstruksi ini enggak pernah kita sebut karena ini bukan effort Jasa Marga buat berbisnis. Kalau di awal pembangunan pendapatan konstruksinya bagus, nah sekarang progresnya tinggal finishing, jadi pendapatannya turun. Karena proyeknya banyak yang mau jadi," jelas Donny di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa, 5 November 2019.
Donny menjelaskan beberapa ruas tol yang sudah selesai konstruksi dan siap untuk dioperasikan adalah ruas tol Kunciran-Serpong, Jakarta Cikampek II Elevated, dan Balikpapan-Samarinda. Artinya, ketika ruas-ruas garapan Jasa Marga selesai, maka pendapatan konstruksi akan turun.
"Pada saat pekerjaan (proyek) berkurang, pendapatan konstruksinya akan turun," sebut dia.
Dalam laporan keuangan perseroan, pendapatan konstruksi sangat berpengaruh pada penurunan pos pendapatan kuartal III-2019 ini. Tercatat, pendapatan perusahaan pada periode ini turun sebesar 21,45 persen, dari Rp27,38 triliun pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp21,51 triliun.
Dalam pos pendapatan itu, pendapatan tol dan usaha lainnya mengalami peningkatan dari Rp7,13 triliun menjadi Rp7,95 triliun. Sedangkan, pendapatan konstruksi pada periode ini sebesar Rp13,19 triliun, atau turun dari periode yang sama tahun lalu mencapai Rp20,25 triliun.
Namun demikian, perusahaan memproyeksikan pendapatan perusahaan hingga akhir tahun akan meningkat. Peningkatan tersebut didukung oleh momen Natal dan Tahun Baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News