Perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang rumah tangga (consumer goods) ini menyikapi depresiasi rupiah sebagai angin segar untuk memperkuat lini bisnis perseroan.
"Pasti ada pengaruhnya, semakin kuat dolar semakin bagus buat kami," kata External Relations Director and Corporate Secretary Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso, saat konferensi pers, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (18/9/2014).
Menurut Sancoyo, hal itu dikarenakan fokus bisnis Unilever Indonesia berorientasi ekspor. Selain pasar domestik, target pasar Unilever adalah Asia dan Australia.
"Nilai ekspor kita sekitar lima persen, sejalan dengan pertumbuhan perusahaan, utamanya saat ini kita fokus untuk Asia Tenggara dulu," jelasnya.
Meski rupiah terus melemah, lanjut Sancoyo, pihaknya belum berpikir untuk menaikkan harga royalti. Peningkatan inovasi produk lebih diutamakan untuk mengejar benefit akibat nilai tukar rupiah yang terus melemah.
"Penyesuaian rate royalti tidak akan menaikkan harga. Kita lebih memilih lakukan inovasi produk personal care dan makanan," lanjutnya.
Sementara itu, untuk tahun ini Unilever Indonesia belum berencana melakukan akuisisi untuk mengembangkan ekspansi bisnisnya. "Namun itu kami melihatnya sebagai peluang bisnis, kita tidak ada target, tapi tidak menutup kemungkinan kami lakukan itu," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News