Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono menjelaskan, meningkatnya pendapatan usaha didorong oleh naiknya nilai penjualan. Sejumlah proyek pengembangan mixed use & high rise memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha.
"Pengakuan penjualan proyek kondominium 1Park Avenue dan South Quarter di Jakarta menyumbang kontribusi besar pada naiknya pendapatan pada semester I tahun ini,” ungkap Archied dalam siaran persnya, Rabu (30/9/2015).
Ditinjau dari segmentasi pengembangannya, dia menjelaskan, proyek-proyek mixed use & high rise masih menjadi kontributor pendapatan usaha terbesar mencapai Rp613 miliar atau 62 persen dari keseluruhan.
Segmen pengembangan kawasan perumahan menyumbang kontribusi Rp274 miliar atau 27 persen. Sementara sisanya sebesar Rp106 miliar atau 11 persen berasal dari segmen properti investasi yang berasal dari penyewaan gedung perkantoran, pergudangan, golf dan sarana olahraga. Segmen pengembangan kawasan industri belum mencatatkan kontribusi pendapatan.
“Gejolak perekonomian global mendorong para investor mengambil sikap menunggu. Mereka menunda rencana investasinya, sambil menunggu sinyalemen positif untuk kembali masuk. Ini menjadi tren global dan berdampak hampir di semua kawasan industri,” ungkapnya.
Ditinjau berdasarkan tipe pendapatan usaha, pendapatan dari pengembangan (development income) memberikan kontribusi sebesar Rp887 miliar atau 89 persen dari keseluruhan. Sisanya berasal dari pendapatan berkelanjutan (recurring income) yang mencapai Rp106 miliar atau 11 persen.
Archied mengakui, bahwa kondisi pasar properti sepanjang tahun ini cukup berat. Para pengembang properti menghadapi tantangan turunya minat beli masyarakat.
Kendati berhasil meningkatkan pendapatan usaha, namun kinerja profitabilitas perseroan mengalami penurunan. Per 30 Juni 2015, Intiland mencatatkan perolehan laba kotor sebesar Rp397 miliar, atau lebih rendah sembilan persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp436 miliar. Laba usaha tercatat mencapai Rp143 miliar dan laba bersih sebesar Rp130 miliar.
"Penurunan kinerja profitabilitas ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Belum adanya kontribusi pendapatan dari segmen kawasan industri dan meningkatnya beban operasional menjadi faktor yang menekan pertumbuhan laba," jelas dia.
Manajemen perseroan tetap optimistik dalam menghadapi tantangan berat yang akan terjadi hingga akhir 2015. Perseroan telah menyiapkan sejumlah rencana strategis guna mempertahankan dan menjada tren pertumbuhan usaha, salah satunya yakni menyiapkan peluncuran beberapa proyek baru baik di Jakarta dan Surabaya menjelang akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News