President Director UNTR Gidion Hasan menjelaskan, penurunan pendapatan bersih ini disebabkan oleh penurunan volume produksi dan pendapatan dari unit usaha kontraktor pertambangan. Hal ini juga sejalan dengan situasi dan kondisi perekonomian secara nasional.
Masing-masing unit usaha, lanjutnya, yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan, pertambangan, dan industri konstruksi secara berturut-turut memberikan kontribusi sebesar 32 persen, 53 persen, 11 persen, dan empat persen terhadap total pendapatan bersih.
"Meski pendapatan turun, alat bersih perseroan naik 30 persen menjadi Rp5 triliun di 2016, dari posisi Rp3,9 triliun di 2015 setelah adanya pembebanan biaya atas kerugian penurunan nilai properti pertambangan di 2015," kata Gidion, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Selasa 28 Februari 2017.
Gidio mengatakan, segmen usaha mesin kontruksi mencatat peningkatan penjualan alat besar Komatsu sebesar tiga persen menjadi 2.181 unit, dibandingkan dengan sebesar 2.124 unit di 2015. Peningkatan penjualan alat berat tesebut didorong oleh peningkatan penjualan di sektor konstruksi dan pertambangan.
Komatsu mampu mempertahankan posisi sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 32 persen. Di sisi lain, penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat turun lima persen menjadi Rp5,8 triliun. Secara total, pendapatan bersih dari segmen mesin konstruksi mencatat peningkatan tujuh persen menjadi Rp14,6 triliun.
Bidang usaha kontraktor penambangan yang dioperasikan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) mencatat penurunan pendapatan bersih 21 persen menjadi Rp24 triliun, dibandingkan dengan sebesar Rp30,5 triliun di 2015. Hasil ini terutama karena penurunan volume pemindahan tanah sebesar 8 persen menjadi 701,5 juta bcm dari 766,6 juta bcm.
"Sejalan dengan peningkatan volume penjualan batu bara, pendapatan dari unit usaha pertambangan meningkat 34 persen menjadi Rp5,1 triliun di 2016, dibandingkan dengan Rp3,8 triliun di 2015," papar Gidion.
Adapun segmen usaha industri konstruksi melalui PT Acset Indonusa Tbk (ACST) membukukan peningkatan pendapatan bersih Rp1,8 triliun di 2016, dari porsi pendapatan di 2015 sebesar Rp1,4 triliun. "Laba bersih naik 63 persen menjadi Rp68,3 miliar, dan membukukan kontrak baru Rp3,8 triliun di 2016," pungkas Gidion.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News