"Pengaruh rupiah yang melemah tidak besar untuk kita, karena kita kebanyakan masih menggunakan bahan dalam negeri. Produk dari luar (impor) sangat kecil," tutur Ervan, ditemui di acara Coffee Break, di Senayan City, Jakarta, Jumat (9/10/2015).
Sebenarnya, Paramount Enterprise menginginkan agar gerak rupiah bisa berada di posisi Rp11.000 per USD sampai dengan Rp12.000 per USD. Sayangnya, keinginan itu tidak terwujud. Bahkan, gerak nilai tukar rupiah justru tembus dari target pemerintah yang berada di posisi Rp13.500 per USD.
Meski keinginan itu tidak terwujud, namun Ervan berharap agar pergerakan nilai tukar rupiah bisa stabil. Tidak seperti pergerakan nilai tukar rupiah yang beberapa waktu lalu mengalami tekanan luar biasa.
"Pengaruh rupiah melemah sebesar lima persen terhadap cost kita. Makanya kami harapkan tetap stabil. Tidak bergejolak. Kalau bergejolak pastinya kita lakukan revisi ulang dan melihat terus menerus keadaan," ungkapnya.
Selain nilai tukar rupiah, pengembang juga banyak mengeluhkan sejumlah peraturan pemerintah yang membuat situasi dan kondisi bisnis tidak kondusif dan aktivitas bisnis sulit bergerak, seperti masalah pajak dan lainnya.
"Itu kan masih wacana masalah pajak. Jadi, peraturan pemerintah itu membuat pengembang dan konsumen sulit bergerak dan tidak kondusif. Itu yang jadi heboh," tutup Ervan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id