"Merger dengan (Kimia Farma) tergantung pemerintah. Kami siap dengan skenario apapun," ungkap Sekretaris Perusahaan Indofarma Yasser Arafat, ditemui dalam acara public expose perseroan, di Gedung BEI, Jakarta, Senin (28/12/2015).
Meski baru bersifat rencana, namun dirinya mengaku isu merger yang berkembang selama ini di publik sangat mengganggu kinerja perseroan. Untuk itu, isu merger yang berkembang sekarang ini akan dikembalikan kepada pemerintah guna menentukan sikap terkait aksi korporasi ini.
Yasser menjelaskan, sampai dengan saat ini Indofarma lebih siap bila berkembang sendiri daripada melakukan merger dengan perusahaan lain. Karena itu, Indofarma siap meningkatkan nilai tambah dalam mendorong ekspansi bisnis di waktu-waktu mendatang.
"Kalau ada kebijakan merger kami siap. Isu merger ini sudah mulai dari 2004-2005, tapi tidak ada kepastian. Kalau lihat market capital kami yang terakuisisi dari isu tersebut," jelas dia.
Hingga September 2015, penjualan Indofarma baru mencapai Rp795,42 miliar. Sementara target yang dipatok sampai akhir 2015 sebesar Rp1,68 triliun. Perseroan mengalami kerugian sebesar Rp31,97 miliar, sedangkan sampai akhir tahun perseroan mengincar laba bersih sebanyak Rp10 miliar.
"Saat RUPS di April, target laba kami sebesar Rp36 miliar. Tapi karena tidak ada serapan yang maksimal cuma 70 persen, jadi berpengaruh pada kinerja laba kami. Sampai akhir tahun ini laba sebanyak Rp10 miliar," tutup Yasser.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News