Head of Corporate Communications Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan kondisi harga komoditas memang tidak bisa diprediksi. Oleh karena itu perusahaan akan melakukan efisien di segala lini untuk mencapai target produksi tersebut.
"Kita akan terus menjalankan efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh rantai bisnis Adaro sehingga bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid sesuai panduan yang ditetapkan," kata Febriati kepada Medcom.id, Kamis, 14 Februari 2019.
Upaya tersebut terbukti dengan pencapaian produksi ADRO tahun lalu yang mencapai 54,04 juta ton. Tahun lalu, produksi batu bara ADRO meningkat empat persen dari 2017 yang sebesar 51,79 juta ton.
Selain itu target produksi, perusahaan juga membidik Earning Before Interest and Tax (EBITDA) sekitar USD1 miliar sampai USD1,2 miliar. Untuk menembus target tersebut, perusahaan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) mencapai USD450 juta hingga USD600 juta.
"Alokasi capex 2019 sebagian besar untuk heavy equipment dan pengembangan Adaro MetCoal (AMC)," sebut dia.
Tercatat, kinerja AMC pada 2018 sangat baik dengan total produksi batu bara sebanyak 1,01 juta ton atau naik 12 persen dari 2017.
Sementara penjualan batu bara AMC mencapai 130 ribu ton pada kuartal IV-2108 dan 850 ribu ton pada 2018. Batu bara AMC dijual ke para pelanggan di Jepang, Thailand, Indonesia, India, Tiongkok, dan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News