Menurut dia, kondisi itu hanya bersifat temporer. Ini mengacu pada kondisi fundamental ekonomi domestik Indonesia yang baik, yakni masih terlihat GDP tumbuh 5,20-5,30 persen dan inflasi terjaga di level 3,5 + 1 persen.
"Investor masih menunggu stabilitas nilai tukar rupiah dan wait and see," kata Edwin dalam keterangan resminya, Senin, 1 Oktober 2018.
Menurut dia, dalam posisi wait and see itu, investor bisa mengoptimalkan investasi mereka pada instrumen berisiko rendah dan tingkat likuiditas tinggi seperti reksa dana pasar uang.
Salah satu produk reksa dana pasar uang DIM, Danareksa Seruni Pasar Uang II misalnya, dikelola untuk memperoleh pendapatan yang optimal dan risiko terkendali melalui investasi 100 persen pada instrumen pasar uang dalam negeri.
Strategi Seruni Pasar Uang II fokus pada obligasi korporasi kurang dari satu tahun dengan imbal hasil tinggi.
Hingga 31 Agustus 2018, Danareksa Seruni Pasar Uang II yang dirilis pada 6 Februari 2008 tersebut sudah mencapai dana kelolaan Rp1,83 triliun. Selama satu tahun terakhir, produk itu juga mencetak kinerja sebesar 4,8 persen di atas rata-rata kinerja ATD 3 month BUMN sebesar 3,06 persen. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News