Presiden Direktur Adira Finance Hafid Hadeli menambahkan pendapatan bunga naik sebanyak 12 persen menjadi Rp5,89 triliun, sementara beban bunga naik 15 persen menjadi Rp2,33 triliun. Pendapatan bunga bersih naik 10 persen menjadi Rp3,55 triliun sehingga menghasilkan margin bunga bersih sebesar 14,2 persen.
"Biaya operasional hanya naik lima persen menjadi Rp1,79 triliun yang menghasilkan pertumbuhan laba bersih sebesar sembilan persen. ROAA dan ROAE perusahaan masing-masing mencapai 6,0 persen dan 28,8 persen," kata Hafid, di Jakarta, Senin, 29 Juli 2019.
Adira Finance mencatat penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp19,1 triliun di semester I-2019 atau tumbuh empat persen dibandingkan dengan periode yang sama di 2018. Segmen sepeda motor naik sembilan persen dan segmen mobil stagnan di nol persen di tengah penjualan industri mobil baru yang turun sebanyak 13 persen.
"Piutang yang dikelola naik sebesar 12 persen menjadi Rp53,9 triliun dibandingkan dengan Rp48,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Oleh karena itu, pangsa pasar kami di segmen mobil baru berada di level 4,9 persen, sementara pangsa pasar di motor baru berada di 11,6 persen," kata Hafid.
Secara nilai, perusahaan dengan kode emitan ADMF ini membukukan pembiayaan mobil sebesar Rp8,07 triliun di semester I-2019 atau tumbuh nol persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,05 triliun. Mobil penumpang berkontribusi sebesar 64 persen dari total pembiayaan mobil, dan sisanya 36 persen berasal dari segmen mobil komersial.
Sementara itu, penjualan sepeda motor ADMF tumbuh sebanyak sembilan persen menjadi sebesar Rp9,9 triliun di semester I-2019. Segmen sepeda motor baru naik sebanyak 11 persen menjadi sebesar Rp7,3 triliun, sementara segmen sepeda motor bekas tumbuh sebanyak lima persen menjadi sebesar Rp2,6 triliun.
"Segmen sepeda motor dan mobil terus memberikan pertumbuhan terbesar. Inisiatif strategis Adira Finance telah terbukti untuk memberikan pertumbuhan yang cukup moderat dalam lingkungan bisnis yang relatif stagnan. Dalam hal ini, Adira Finance terus memberikan penawaran produk lengkap termasuk meningkatkan proses dan layanan," ucapnya.
Adapun Adira Finance mampu menjaga kualitas penyaluran pembiayaan yang terlihat dari Non Performing Loan (NPL) yang terjaga di bawah dua persen. NPL Adira Finance tercatat berada di level 1,9 persen dari piutang yang dikelola di semester I-2019. Kehati-hatian dalam menyalurkan pinjaman terus mendukung praktek manajemen risiko yang pruden.
Sedangkan terkait pendanaan meningkat 11 persen menjadi Rp23,7 triliun di semester I-2019. Total pinjaman bank meningkat sebanyak sembilan persen menjadi sebesar Rp12,6 triliun, sementara obligasi naik 17 persen menjadi Rp10,4 triliun. Pada kuartal II-2019, Adira Finance telah menerbitkan obligasi sebesar Rp2,0 triliun dan sukuk Rp96 miliar.
Adapun total penerbitan mencapai sebesar Rp2,06 triliun dari program Obligasi Berkelanjutan IV Tahap V. Adapun Adira Finance masih memiliki sisa obligasi Rp1,2 triliun dari program berkelanjutan IV dan telah sepenuhnya menggunakan program sukuk yang dimiliki. Hasilnya rasio obligasi bank berada di 53:47.
"Total ekuitas naik 17 persen menjadi Rp6,98 triliun dan rasio gearing berada pada 3,4x," tambah Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila.
Pada kuartal kedua tahun ini Adira Finance telah memperoleh dana yang berasal dari pinjaman sindikasi yang ketujuh. Adira Finance telah memasuki pasar pinjaman sindikasi sejak 2013. Pada pinjaman sindikasi ini, Adira Finance mendapatkan fasilitas pinjaman berjumlah USD350 juta dengan tenor tiga tahun.
"Kami akan melakukan lindung nilai sepenuhnya dalam pinjaman USD menjadi kurs tetap dalam rupiah ketika kami menggunakan fasilitas ini. Pinjaman ini akan dipergunakan untuk mendukung bisnis pembiayaan kami dan membantu dalam pencapaian pertumbuhan pembiayaan kami sekitar 5-10 persen di 2019," pungkas Hafid Hadeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News