Penurunan ini adalah yang terbesar dalam delapan bulan terakhir sehingga membuat kekhawatiran akan pelemahan ekonomi AS membesar. Di sisi lain sentimen negatif juga datang dari rencana pemberlakuan kenaikan tarif impor barang Tiongkok ke AS dari 25 persen menjadi 30 persen. Pengenaan tarif baru diperkirakan terjadi pada 15 Oktober 2019.
Hal ini membuat eskalasi perang dagang semakin tinggi dan bisa membuat pihak Tiongkok membalas mengenakan tarif yang sama. Tensi perang dagang juga meningkat setelah AS akan melakukan pemberhentian visa bagi pihak Tiongkok yang menyerang pihak minoritas di negara sendiri.
Selain itu Pemerintah AS membuat pernyataan bahwa dana pensiunan di AS dilarang membeli saham-saham yang berkaitan dengan Tiongkok, seperti Alibaba dan JD. Adapun sentimen positif hanya datang dari the Fed yang dikabarkan segera memperbesar neracanya yang diartikan banyak analis adalah memberikan stimulus ke perekonomian AS.
"Maraknya sentimen negatif membuat kami memperkirakan IHSG hari ini kembali terkoreksi dan mengikuti pergerakan bursa regional. Pagi ini indeks Nikkei dibuka turun 0,79 persen, sedangkan bursa Korea libur," ungkap Samuel Research Team, seperti dikutip dari riset hariannya, di Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2019.
Sebelumnya saham-saham Amerika Serikat berakhir lebih rendah secara signifikan pada Selasa waktu setempat (Rabu WIB). Pelemahan terjadi karena investor mencerna pidato terbaru Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan sejumlah data ekonomi.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun sebanyak 313,98 poin atau 1,19 persen menjadi 26.164,04. Sedangkan S&P 500 turun sebanyak 45,73 poin atau 1,56 persen menjadi 2.893,06. Indeks Komposit Nasdaq turun 132,52 poin atau 1,67 persen menjadi 7.823,78.
Semua dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan sektor keuangan turun 2,02 persen, kelompok berkinerja terburuk. Sementara Powell mengungkapkan bank sentral Amerika Serikat akan mulai memperluas neraca lagi. Hal itu dikatakan Powell pada pertemuan tahunan National Association for Business Economics.
Adapun kebijakan moneter ke depan, Powell menambahkan, kebijakan tidak pada jalur yang telah ditentukan. "Dan the Fed akan bertindak sewajarnya untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan," ucap Powell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News