IHSG minus 60,67 poin menjadi 6.000 pada penutupan perdagangan Senin, 7 Oktober 2019. Volume perdagangan tercatat sebesar 13 miliar lembar saham dengan nilai Rp5,7 triliun. Sebanyak 148 saham naik, 293 saham turun, dan 152 saham tak bergerak. Sektor konsumer jatuh paling dalam pada hari ini.
Sebelumnya pergerakan IHSG pada minggu lalu dipengaruhi oleh sentimen negatif konflik dagang, kecemasan resesi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi setelah rilis data aktivitas manufaktur sejumlah negara yang berada dibawah ekspektasi. IHSG sepekan terkoreksi 2,19 persen ke posisi 6.061 selama perdagangan minggu lalu dengan seluruh sektor melemah.
Sementara itu, Wall Street menguat pada perdagangan Jumat pekan lalu dengan Dow Jones Industrial Average naik 1,42 persen, S&P 500 naik 1,42 persen, dan Nasdaq Composite naik 1,40 persen setelah data tenaga kerja AS untuk September 2019 menunjukkan pertumbuhan moderat dengan tingkat pengangguran turun ke 3,5% persen, level terendah dalam 50 tahun.
Tim Analis Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan pergerakan IHSG pada hari ini akan menguat seiring dengan penguatan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Asia. Data lapangan kerja di Amerika Serikat periode September 2019 tercatat naik 136 ribu, di bawah estimasi para analis sebesar 145 ribu.
"Kesepakatan damai antara AS dan Tiongkok terkait perdagangan seharusnya di selesaikan pada 10-11 Oktober ini. Namun, investor masih harus waspada terhadap realisasi perjanjian ini ke depannya," jelas tim Samuel Sekuritas.
Bloomberg merekam mata uang rupiah melemah 25 poin ke posisi Rp14.162 per USD. Yahoo Finance mencatat mata uang rupiah naik 35 poin menjadi Rp14.155 per USD. Bank Indonesia melansir mata uang rupiah melemah ke Rp14.156 per USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News