Saham AirAsia. REUTERS/Bazuki Muhammad
Saham AirAsia. REUTERS/Bazuki Muhammad

Pembekuan Rute, Sinyal Berat Laju Saham dan Pendapatan AirAsia di 2015

Dian Ihsan Siregar • 03 Januari 2015 16:55
medcom.id, Jakarta: Rute AirAsia Surabaya-Singapura (pulang-pergi) dibekukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Pembekuan rute dikarenakan PT Indonesia AirAsia melanggar izin yang dikeluarkan Dirjen Pehubungan Udara No AU.008/30/6/DRJU.DAU.2014 tanggal 24 Oktober 2014 perihal izin penerbangan luar negeri periode winter 2014/2015.
 
Dengan melihat izin 24 Oktober, seharusnya AirAsia hanya terbang dari Surabaya ke Singapura atau sebaliknya pada Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu. Disaat kecelakaan AirAisa QZ8501 terjadi pada hari Minggu, PT Indonesia AirAsia tidak pernah melapor mereka untuk penerbangan dihari Minggu nahas tersebut.
 
Dengan adanya pembekuan tersebut, terhitung sejak 2 Januari 2015 sampai hasil evaluasi dan investigasi tragedi AirAsia QZ8501 rampung. Apakah tragedi AirAisa QZ8501 berpengaruh terhadap pergerakan Group saham AirAsia dan citranya dikancah dunia?

Analis Pefindo Ahmad Sujatmiko mengatakan, pembekuan rute Surabaya-Singapura begitu juga sebaliknya akan memengaruhi fundamental saham Group AirAsia, karena AirAsia kehilangan kontribusi pendapatan dari penutupan rute tersebut.
 
"Penutupan rute efeknya ke fundamental saham Group Asia. Pendapatan hilang dari penutupan tersebut. Bayangkan saja, kalau misalkan pendapatan dari rute tersebut 30 persen dari raihan di Indonesia, itu sangat banyak," kata Ahmad kepada Metrotvnews.com, Sabtu (3/01/2015).
 
Menurut Ahmad, memang dampaknya tidak akan berlarut-larut, tapi berdampak besar bagi kinerja keuangan dan pergerakan saham di tahun 2015. Agar tidak merosot tajam, manajemen AirAsia harus mendapatkan izin resmi kembali tersebut dan memperbaiki citranya dikancah dunia.
 
"Tahun ini ada dampak yang berat bagi pergerakan saham dan pendapatan dari kejadian AirAsia QZ8501. Mungkin akan merosot tajam pendapatan dan pergerakan sahamnya di tahun ini," ungkap dia.
 
Masyarakat yang ada di sini dan di luar Indonesia masih percaya dengan AirAsia, karena AirAsia yang masih mengedepankan Low Cost Carrier (LCC) atau penerbangan murah. Penerbangan AirAsia juga dinilai masih cukup baik dimata publik.
 
"Tapi lagi-lagi manajemen harus bekerja keras dalam memperbaiki citranya. Saya rasa dampaknya paling tidak sampai semester satu tahun ini," tukas Ahmad.
 
Mengutip YahooFinance, pada Jumat (2/01/2015), saham maskapai penerbangan AirAsia Bhd (AIRA) pada perdagangan di Kuala Lumpur Stock Exchange berada di level 2,72 ringgit Malaysia, dan saat pembukaan berada di level 2,72 ringgit Malaysia, level terendah 2,71 ringgit Malaysia. Saham AIRA sempat menyentuh level tertingginya di level 2,76 ringgit Malaysia.
 
Perlu diketahui, pesawat AirAsia QZ8501 tujuan Surabaya-Singapura yang membawa 155 penumpang dan 7 awak pesawat hilang kontak pada Minggu (28/12/2014) pukul 07.55. Sebelum hilang kontak, pesawat sempat mengkontak Air Traffic Control (ATC) Bandara Soekarno-Hatta untuk meminta izin ke ketinggian 38 ribu kaki, dari posisi 32 ribu kaki untuk menghindari kondisi yang buruk. Setelah itu, pesawat dinyatakan hilang dari radar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan