Ilustrasi. (FOTO: Antara/Andika Wahyu)
Ilustrasi. (FOTO: Antara/Andika Wahyu)

Perjuangan Menembus 30 IPO di 2016

Arif Wicaksono • 10 Juli 2016 12:02
Metrotnews.com, Jakarta: PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berjuang meraih target 30-an emiten melalui mekanisme Initial Public Offerings (IPO) di tahun ini. Proses ini tak mudah karena ada berbagai gangguan perekonomian global dari Brexit serta revisi atas pertumbuhan ekonomi global. Sementara dari dalam negeri penerapan tax amnesty cukup memberikan stimulus meskipun ada revisi dari pengeluaran kementerian dan lembaga dalam APBNP 2016.
 
Berbagai upaya dilakukan dengan menggaet anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk IPO, melakukan sosialisasi ke berbagai daerah hingga melakukan peluncuran aplikasi IPO online. Kemudahan-kemudahan ini diyakini dapat memberikan stimulus bagi perusahaan untuk melantai di papan bursa.
 
Analis Danareksa Capital Guntur Tri Haryanto menuturkan ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi momok yang menakutkan bagi perusahaan yang ingin melantai. Volatilitas harga komoditas dan penurunan pasar modal cukup menganggu pasar di emerging market.

"Ketidakpastian keuangan global masih sangat besar, meski setelah isu Brexit selesai akan cenderung mereda. Secara global, daya ampuh bank sentral dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global sudah mulai hilang, dan saat ini semakin sulit untuk mencari instrumen investasi yang memadai," kata dia, seperti diberitakan Minggu (10/7/2016).
 
Dia pun menyoroti bahwa ada stimulus positif dari melantainya PT Duta Intidaya Tbk pada pekan ini, yang mencapai emiten ke tujuh. Lebih tinggi ketimbang dengan capaian enam emiten pada semester pertama tahun lalu. Kondisi pasar modal sudah alami perbaikan dengan tumbuh year to date sebesar 3,4 persen, meskipun belum berhasil menembus level tertinggi pada tahun lalu yang mencapai 5.514.
 
Guntur menjelaskan harapan sentimen positif lebih lanjut disematkan pada perkembangan domestik. Penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) memberikan angin segar pelaku usaha dan investor, terutama di tengah lambatnya upaya pemerintah dalam merealisasikan berbagai paket kebijakan yang sudah dikeluarkan, dan juga melemahnya permintaan domestik yang berakibat ke lemahnya pertumbuhan kredit pada kuartal I tahun ini.
 
Sayangnya, pelemahan kredit pada awal tahun membuat mekanisme IPO menjadi kurang menarik karena adanya potensi berkurangnya potensi perolehan dana dan semakin mahalnya cost of equity. Pebisnis pun menaruh asa kepada laju pembangunan proyek infrastruktur, dan terjaganya inflasi. Pembangunan proyek infrastruktur akan mendorong kredit perbankan dan secara tak langsung akan mengerek daya beli.
 
Meskipun ada secuil harapan, dia meyakini jumlah IPO tak akan mencapai 30 emiten. Hal ini karena ketidakpastian akibat keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan memicu rontoknya kekuatan Uni Eropa sebagai pemersatu ekonomi di kawasan regional Eropa.
 
"Oleh karenanya, saya memperkirakan jumlah IPO tahun ini akan lebih tinggi dibanding tahun lalu yang mencapai 16 emiten. Paling tidak, 20 emiten adalah angka yang cukup masuk akal untuk dapat dicapai oleh BEI. Dengan syarat, perkembangan ekonomi dan keuangan global tidak menggerus perekonomian domestik," jelas dia.
 
Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menuturkan kondisi perekonomian yang melambat membuat perusahaan untuk menahan diri buntuk ekspansi. Dia menilai belum ada stimulus yang kuat untuk membuat perusahaan untuk melantai di pasar modal karena melambatnya proses tax amnesty, yang hanya menyisakan enam bulan pada tahun ini. Sehingga dana dari proses tax amnesty baru akan dirasakan pada tahun depan.
 
Dana tax amnesty bisa menggerakan sektor ril seperti kredit properti, perbankan dan pasar modal. Hanya saja pasar akan meresepons setelah ada sinyal positif dari investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, setelah kebijakan itu berlanjut.
 
"IPO kan butuh waktu proses, sehingga kalau pasar bullish orang baru bisa melakukan IPO," tambah dia.
 
Hans memperkirakan bahwa proses IPO akan menarik jika pasar mencapai 5.100. Angka itu juga tak menjamin akan mendorong 30 emiten baru di tahun ini karena perusahaan akan menanti kondisi perekonomian pada tahun depan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan