Ilustrasi. Foto : MI/RAMDANI.
Ilustrasi. Foto : MI/RAMDANI.

Kesepakatan AS-Tiongkok Tak Maksimal, IHSG Berpeluang Melemah

Ihfa Firdausya • 15 Desember 2019 12:55
Jakarta: Kesepakatan perdagangan fase satu antara AS dan Tiongkok belum berjalan sesuai dengan harapan pelaku pasar. Analis sekaligus Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee melihat hasil akhir kesepakatan fase 1 ini tidak akan mampu menaikan pasar secara signifikan karena yang terjadi adalah penundaan pengenaan tarif dan pemotongan tarif.
 
"Tarif impor dari Tiongkok senilai USD120 miliar akan dipangkas kembali menjadi 7,5 persen dari 15 persen. AS juga tetap akan mempertahankan retribusi 25 persen untuk barang-barang senilai USD250 miliar. Padahal keinginan Tiongkok adalah adanya penghapusan tarif," katanya kepada Media Indonesia, Minggu, 15 Desember 2019.
 
Menurutnya, pelaku pasar keuangan dunia berharap ada penghapusan tarif yang sudah berlaku. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dunia yang terus melambat semenjak perang dagang kedua negara tersebut.

"Perundingan mungkin tidak optimal kerena AS lebih fokus pada penyelesaian kesepakatan perdagangan dengan Meksiko dan Kanada. Tetapi kesepakatan fase 1 ini menghilangkan kekawatiran pasar menjelang kenaikan tarif 15 Desember 2019," imbuhnya.
 
Walaupun kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok fase satu ini dinantikan pelaku pasar, Hans memperkirakan IHSG pekan depan berpeluang melemah.
 
"Kami perkirakan IHSG pekan ini berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 6.139 sampai 6.095 dan resistance di level 6.210 sampai 6.250," ungkapnya.
 
Kesepakatan perdagangan fase satu yang telah lama ditunggu-tunggu antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akhirnya disepakati dan menjadi berita utama yang memberi stimulus terhadap pasar keuangan dan pasar saham. Namun, Goldman Sachs, sebagai salah satu bank terbesar di AS, tidak begitu senang dengan hal itu.
 
Sebagai bagian dari kesepakatan terbatas itu, AS mengatakan akan mempertahankan tarif 25 persen untuk sekitar USD250 miliar impor Tiongkok. Selain itu, akan mengurangi tarif pada USD120 miliar produk Tiongkok menjadi 7,5 persen. Kepala Ekonom Goldman Jan Hatzius menilai kesepakatan itu lebih kecil dari yang diharapkan.
 
"Pengurangannya hanya setengah dari asumsi dasar kami (terkait kesepakatan dagang). Masih ada beberapa ketidakpastian mengenai status perjanjian ini, karena terlihat sekali lagi bahwa beberapa rincian teknis dan hukum masih berubah-ubah," kata Hatzius, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu, 14 Desember 2019. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan