"Penurunan kinerja laba terutama karena adanya peningkatan biaya operasional dan beban bunga,” ungkap Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono, seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI, di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018.
Sepanjang semester I-2018, diakui Archied, kinerja profitabilitas mengalami sedikit tekanan. Intiland membukukan laba kotor sebesar Rp520 miliar dan laba usaha senilai Rp173 miliar. Jika dibandingkan dengan semester pertama 2017, perolehan laba kotor turun 10,7 persen dan laba usaha turun 38,5 persen.
Meski demikian pengembang properti ini tetap optimistis dapat mempertahankan pertumbuhan hingga akhir tahun. Dari sisi pendapatan usaha, beberapa proyek pengembangan mixed-use & high rise akan selesai tahun ini sehingga hasil penjualannya dapat dibukukan sebagai pendapatan usaha.
Sementara untuk pendapatan usaha semester I-2018, perusahaan berkode DILD ini mencatat pendapatan usaha sebesar Rp1,8 triliun, melonjak sebanyak Rp467 miliar atau 34,9 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama di 2017 yang mencapai Rp1,3 triliun.
Lonjakan pendapatan usaha berasal dari meningkatnya pendapatan dari segmen pengembangan kawasan perumahan dan penjualan lahan non-core. Lonjakan pendapatan di segmen ini, terutama berasal sumber dari pengakuan penjualan unit-unit rumah di kawasan perumahan Graha Natura Surabaya.
Archied menilai tantangan di industri properti masih berat. Meski pemerintah telah menerbitkan sejumlah stimulus pertumbuhan sektoral, namun pasar dan konsumen masih cenderung mengambil sikap wait and see mengantisipasi perkembangan dan dampak pesta demokrasi yang akan dilaksanakan hingga tahun depan.
"Kami tetap optimistis akan ada perbaikan kondisi pasar properti di semester kedua tahun ini, meskipun tingkat pertumbuhannya mungkin tidak terlalu tinggi," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News