medcom.id, Jakarta: PT Modern Internasional Tbk (MDRN) telah tidak memiliki bisnis 7-Eleven (Sevel) di akhir Juni 2017. Penutupan seluruh gerai Sevel berakibat besar bagi kinerja saham induk usaha dari PT Modern Sevel Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penurunan saham terlihat dari kinerja perseroan hingga penutupan perdagangan Senin 3 Juli 2017. Di mana saham perseroan turun 65,28 persen selama satu tahun ke posisi Rp50 per saham.
Biasanya, saham emiten yang turun ke posisi Rp50 per saham susah bangkit kembali dan tertidur lama. Meski begitu, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio tetap optimistis dengan saham Modern Internasional yang diprediksi bisa bangkit kembali. Karena, banyak kasus saham perusahaan yang telah hinggap ke posisi Rp50 per saham bisa meningkat kembali hingga ke level yang sedikit baik.
"It's a game. Pernah ada saham yang anjlok sampai gocap naik lagi ke Rp400 per saham," tutur Tito di Gedung BEI, SCBD Sudirman, Jakarta, Selasa 4 Juli 2017.
Memang, Tito mengaku, sebesar 70 persen total pendapatan Modern Internasional didapat dari bisnis Sevel. Tapi, manajemen masih ada bisnis lainnya yang bisa dijalankan, sehingga masih mendapatkan pendapatan.
"Ini 70 persen masih ada revenue. Ini bisnis namanya, yang penting dia harus terbuka ke kita ada apa, lalu terbuka ke publik," jelas Tito.
Meski sudah tidak menjalani bisnis Sevel, Modern Internasional juga tetap tidak bisa mendapat ganjaran force delisting dari bursa. Pasalnya, MDRN masih ada pendapatan dari sektor lainnya.
"Dan mereka akan datang laporan ke kami. Hari ini atau besok mungkin sudah ada datanya. Mereka tidak mau delisting. Karena, ada pendapatan yang lain," ucap Tito.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id