"Adapun penurunan laba ini disebabkan pendapatan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang berdampak pada menurunnya kontribusi perusahaan investee tersebut ke laba bersih Saratoga," jelas Presiden Direktur Saratoga, Michael W.P. Soeryadjaya, dalam siaran persnya, di Jakarta, Sabtu (1/8/2015).
Pendapatan perseroan pada periode ini, lanjut dia, mencapai Rp2,3 triliun dengan total Nilai Aktiva bersih sebesar Rp20 triliun. Nilai Aktiva Bersih dihitung berdasarkan nilai pasar (market value) dari perusahaan investee yang sahamnya tercatat di bursa dan nilai buku (book value) dari perusahaan investee non-publik.
Sejalan dengan indikator makro-ekonomi Indonesia, saat ini sektor infrastruktur telah menyerap 60 persen dari bisnis perseroan secara keseluruhan, yang ditandai dengan peresmian jalan tol Cikopo-Palimanan serta masuknya Paiton Energy ke dalam portofolio investasi Saratoga.
Menurut dia, sebagai perusahaan investasi aktif Saratoga akan terus memperkuat portofolio investasi, untuk memastikan kinerja perusahaan dapat bertumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
"Dalam situasi ekonomi yang melambat, Saratoga tetap menjalankan strategi untuk aktif menambah portofolio yang memiliki prospek dan nilai tambah optimal bagi Perusahaan. Kami optimistis melalui strategi investasi ini Saratoga akan mampu mempertahankan momentum pertumbuhan bisnis secara positif," tambah Michael.
Namun demikian, pada semester I-2015 membuktikan ketahanan model bisnis perseroan secara berkelanjutan. Perseroan terus memperkuat portofolio investasi serta aktif mencari peluang usaha yang memiliki prospek tinggi, khususnya di tiga sektor utama, yakni sektor sumber daya alam, infrastruktur dan konsumer.
Pada semester I-2015, Saratoga mencatat laba yang diatribusikan kepada pemegang saham sebesar Rp1,2 triliun atau mengalami pertumbuhan 121 persen dibandingkan semester I-2014 sebesar Rp542 miliar.
Peningkatan laba tersebut dipengaruhi oleh pertumbuhan dari kinerja bisnis kilang minyak perseroan dan juga dari hasil reklasifikasi pada PT Merdeka Cooper Gold Tbk (MDKA) dari metode ekuitas ke metode biaya karena efek dilusi pasca IPO Merdeka.
Adapun cara kerja dari model bisnis Saratoga terefleksi pada hasil IPO Merdeka pada Juni lalu, di mana Perseoran fokus melakukan investasi di awal berdirinya Merdeka dan membantu mengembangkannya sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan potensi pertumbuhan yang ada.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News