Ilustrasi. Antara/Widodo S Jusuf
Ilustrasi. Antara/Widodo S Jusuf

Angin Segar Bagi IHSG di 2015

Dian Ihsan Siregar • 22 Desember 2014 17:25
medcom.id, Jakarta: Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tumbuh positif. Pasalnya, penghematan dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang diarahkan ke sektor infrastruktur bakal memberikan angin segar bagi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 5.634 di 2015.
 
"Indeks akan naik 10 persen di tahun depan sebesar 5.634, dari prediksi sampai tahun ini di kisaran 5.488-5.854," kata Associate Derector Head of Research and Institutional Business PT Trimegah Securities Tbk, Sebastian Tobing belum lama ini.
 
Dia menjelaskan, laju indeks bahkan bisa melebihi level 5.634, jika proyek-proyek infrastruktur yang dijalankan pemerintah pada tahun depan bisa berjalan dengan baik. "Indeks bisa lebih tinggi ke level 6.634, jika proyek infrastruktur bisa terjalani dengan baik. Itu yang saya prediksikan," ungkapnya.

Menurut Sebastian, perbaikan sektor infrastruktur bisa memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan investasi. Dengan begitu, perlambatan ekonomi global yang akan terjadi kedepannya bisa diimbangi dengan perekonomian yang ada di dalam negeri (domestik).
 
"Peningkatan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan investasi berdampak baik. Ekonomi dalam negeri bisa lebih baik, meski ekonomi global sedang melambat," ujar Sebastian.
 
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Haryajid Ramelan menganalisa pergerakan IHSG diprediksi bisa mencapai puncak tinggi di level 6.300 pada 2015. "Pergerakan positif makroekonomi merupakan indikator pendongkrak IHSG tahun depan. Setelah dikeluarkannya kebijakan fiskal dan moneter oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Sehingga fundamental ekonomi lebih baik," tutur Haryajid.
 
Menurut Haryajid, pelaku pasar (investor) sudah mengapresiasi kebijakan fiskal dari pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Investor juga mengapresiasi kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,75 persen.
 
Dia menjelaskan, memang akhir tahun inflasi diperkirakan akan meninggi, setelah adanya kenaikan harga BBM. "BI dalam menanggapi kenaikan inflasi, justru mendapatkan sentimen positif oleh pasar, meski ada pelemahan laju pertumbuhan ekonomi," ucapnya.
 
Dengan adanya kebijakan fiskal dan moneter tersebut, laju nilai tukar rupiah pun mendapatkan respon yang positif. Hal itu merupakan bukti pasar yang menanggapai positif langkah BI dan pemerintah dalam memperbaiki keadaan yang sudah ada.
 
Sedangkan, Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su, memprediksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 5.900 di 2015. "IHSG akan menyentuh posisi 5.900 seiring dengan kenaikan earning per share (EPS) hingga level 11,6 di tahun depan," ujar Harry.
 
Harry menjelaskan, selain kenaikan EPS hingga level 11,6, harus didorong juga dari kabinet menteri dari pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang bersih dan kredibel. Adapun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak pada laju IHSG yang semakin menguat. "Naikkan BBM, defisit neraca transaksi berjalan menjadi baik. Sehingga nilai tukar Rupiah kita juga kembali membaik. Kita harapkan sentimen ini sampai tahun depan," tukasnya.
 
Haryajid juga kecewa terhadap otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menurunkan target perusahaan untuk masuk listing di bursa di 2015. "Revisi perusahaan yang dilakukan sangat disayangkan, dengan melihat beberapa tahun sebelumnya yang tidak pernah meningkat. Selama 10 tahun terakhir, kita tidak sanggup untuk 25 emiten," katanya.
 
Haryajid menjelaskan, target yang tinggi itu harus dijalankan, kenapa harus diturunkan oleh otoritas bursa, agar bisa lebih rajin menggiring perusahaan untuk masuk bursa. "Kalau bisa beri saja target yang tinggi misalnya 40, agar dia rajin. Kalau sudah dikasih target tinggi tapi diturunkan lagi kan kasihan perjuangannya," cetus Haryajid.
 
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito menegaskan, penurunan target perusahaan yang ingin mencatatkan saham perdananya atau initial public offering (IPO) di bursa di tahun 2015, dari sebelumnya sebanyak 35 menjadi 32 perusahaan adalah permintaan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
 
Dia menjelaskan, OJK menyimpulkan mengenai target emiten tahun depan, kalau target tahun depan terlalu tinggi. Namun, OJK tetap mendukung langkah pendorongan emiten masuk bursa.
 
Menurut Ito, target 32 perusahaan yang masuk bursa sangat lah bisa dicapai. Hal itu dikarenakaan perekonomian Indonesia tahun depan lebih membaik, jika dibanding perekonomian di tahun ini. "Ekonomi tahun depan lebih baik dari pada tahun ini. Berapa yang tercapai, Tuhan lah yang menentukan kehendak itu," ujar Ito.
 
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida menambahkan, OJK belum pernah memberikan arahan kepada bursa untuk menurunkan target 35 perusahaan yang akan melantai di bursa pada 2015. "Kami belum berikan arahan apa pun kepada bursa (penurunan target perusahaan untuk IPO di 2015)," cetus Nurhaida.
 
Menurut Nurhaida, penurunan target 35 perusahaan yang akan masuk bursa tidak perlu meminta izin kepada OJK, target itu harus melihat makroekonomi yang terjadi di dalam negeri pada tahun depan. Dia menjelaskan, bursa memiliki target sesuai asumsi yang ada, dengan melihat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan lain-lainnya. "Ada pembahasan semua asumsi itu yang dimasukkan dalam anggaran tahunan, dari hasil pembahasan akan disesuaikan," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan