Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan laba bersih yang diperoleh semester I-2018 didorong peningkatan volume penjualan batu bara yang tumbuh delapan persen dari 11,36 juta ton di semester I-2017 menjadi 12,22 juta ton. Penjualan itu terdiri dari 5,3 juta ton untuk ekspor dan 6,3 juta untuk batu bara dalam negeri (domestic market obligation/DMO).
Sementara dari penjualan itu, pendapatan perusahaan selama semester I-2018 adalah Rp10,5 triliun atau naik 17 persen dari Rp8,9 triliun di periode yang sama tahun lalu.
"Capaian kinerja keuangan kita pertama adalah penjualan. Karena ada peningkatan volume penjualan akan ada peningkatan," kata Ariviyan di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Senin, 23 Juli 2018.
Sedangkan untuk ekspor penjualan batu bara ke luar negeri, Ariviyan menyebutkan ekspor terbesar dikirim ke Tiongkok dan India. Kemudian India, Thailand, Hong Kong, dan Kamboja.
"Optimasi penjualan ekspor batu bara kalori medium to low, serta peningkatan produksi, masih menjadi bagian dari strategi perseroan dalam memanfaatkan pergerakan indeks harga batu bara dunia yang terus menunjukkan kenaikan," jelas dia.
Selain itu laba bersih juga diperoleh dari efisiensi dalam menekan biaya penambangan. Bukit Asam telah menurunkan cash cost sebanyak 10 persen. Dari dari Rp682.930 per metrik ton menjadi Rp613.836 per metrik ton.
Di sisi lain capaian kinerja keuangan juga didukung oleh naiknya harga jual rata-rata batu bara sebesar sembilan persen dari Rp770.983 per ton di semester I-2017 menjadi Rp838.288 per ton di semester I-2018. Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan rata-rata semester I-2018 untuk batu bara Newcastle sebesar 29 persen serta harga rata-rata batu bara thermal Indonesia (Indonesia Coal Index/ICI) GAR 5000 naik 13 persen.
Sementara itu, lanjut Ariviyan, capaian laba bersih juga meningkatkan laba per lembar saham dari Rp164 pada semester I-2017 menjadi Rp244 pada semester I-2018.
Perseroan juga membukukan aset per 30 Juni 2018 sebesar Rp20,63 triliun, dengan komposisi terbesar pada aset tetap 29 persen, kas dan selara kas 22 persen serta piutang usaha 17 persen.
Jika dibandingkan dengan per 31 Desember 2017, peningkatan signifikan terjadi pada kas dan setara kas yaitu sebesar 28 persen atau Rp1,00 triliun. Sedangkan untuk komposisi liabilitas per 30 Juni 2018, sekitar 50 persen merupakan liabililas jangka pendek yang menunjukkan penurunan signifikan yaitu sebesar Rp658 miliar atau 15 persen dibandingkan per 31 Desember 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News