Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan posisi 51,1 pada bulan sebelumnya dan ekspektasi di 51,2. Demikian juga dengan Jerman, PMI indeks manufaktur September turun ke 41,4 dari 43,5 bulan sebelumnya dan ekspektasi pasar di angka 44. Data tersebut menunjukkan kegiatan manufaktur yang mengalami kontraksi.
Sementara IHSG Senin ditutup melemah 0,4 persen mengikuti beberapa bursa Asia lainnya seperti Hang Seng turun 0,81 persen, Shanghai melemah satu persen, dan Strait Times berkurang 0,4 persen. Dengan demikian IHSG telah ditutup melemah tiga hari berturut-turut dan rupiah ditutup melemah pada level Rp14.087 per USD.
"Pagi ini indeks Asia dibuka datar. Nikkei dibuka menguat tipis 0,07 persen, Kospi dibuka turun tipis 0,08 persen. Dengan minimnya sentimen positif yang menggerakkan pasar kami perkirakan IHSG masih bergerak datar," ungkap Samuel Research Team, seperti dikutip dari riset hariannya, di Jakarta, Selasa, 24 September 2019.
Di sisi lain, saham-saham di Wall Street nyaris tidak bergerak pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB). Gerak Wall Street hanya sedikit diramaikan kenaikan saham Apple diimbangi oleh data ekonomi beragam yang menambah kehati-hatian atas perang perdagangan berkepanjangan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 14,92 poin atau 0,06 persen, menjadi 26.949,99 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 0,29 poin atau 0,01 persen menjadi 2.991,78 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir turun 5,21 poin atau 0,06 persen menjadi 8.112,46 poin.
Saham Apple Inc naik 0,5 persen setelah regulator perdagangan Amerika Serikat (AS) menyetujui 10 dari 15 permintaan pembebasan tarif oleh pembuat iPhone. Micron Technology Inc, yang memasok komponen ke Apple, naik 0,9 persen.
Ketenagakerjaan AS di sektor jasa menyusut untuk pertama kalinya dalam sembilan setengah tahun pada September, Indeks Pembelian Manajer (PMI) IHS Markit menunjukkan. Data juga menunjukkan aktivitas manufaktur naik pada September, melampaui ekspektasi.
Sebelumnya pada hari itu, sebuah survei menunjukkan resesi manufaktur semakin dalam di Jerman, ekonomi terbesar Eropa. “Apa yang menjadi pertanyaan di pasar adalah apakah kita menuju resesi dalam 12 bulan ke depan. Jadi semua rilis data semakin penting," kata Kepala Strategi Pasar Prudential Financial Quincy Krosby, di Newark, New Jersey.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News