Penetapan keduanya disebut-sebut sebagai kombinasi yang bisa saking melengkapi untuk menjadikan Mandiri sebagai bank pelat merah pemain financial services yang disegani di Asia Tenggara.
"Menurut saya kombinasi yang sudah klop. Royke adalah bankir berpengalaman yang cukup menguasai nature of Bank Mandiri. Begitu juga Chatib Basri punya track record yang memadai. Pernah menjadi menteri keuangan dan berpengalaman juga menjadi komisaris di beberapa perusahaan raksasa seperti Astra International dan kelompok XL Axiata di Malaysia," ujar Pengamat BUMN Toto Pranoto saat dihubungi Medcom.id, Senin, 9 November 2019.
Toto bilang kombinasi yang klop tersebut harus didukung kinerja yang efektif dalam menjalankan tugas monitoring dan pengawasan bank.
Royke bukan lah orang baru di jajaran petinggi Bank Mandiri. Kariernya sudah dimulai pada 2008, dengan menjabat sebagai Komisioner di Mandiri Sekuritas hingga 2010. Royke kemudian menjabat sebagai Senior Vice President of Commercial Banking selama setahun lebih, tepatnya pada Januari 2010 hingga April 2011.
Pada Mei 2011 hingga Februari 2016, Royke resmi menjabat Direktur Pelaksana Perbendaharaan, Lembaga Keuangan dan Manajemen Aset Khusus Bank Mandiri. Dengan jabatannya tersebut, Royke mengemban tugas dalam mengelola dan mengawasi bidang fungsional perbendaharaan, lembaga keuangan, pengadaan, dan juga mengawasi unit pemulihan utang di Bank Mandiri.
Tidak jauh berbeda dengan Royke, Chatib merupakan seorang akademisi yang aktif baik di dalam maupun di luar negeri. Di pemerintahan, Chatib bukanlah orang baru. Dia pernah menjabat sebagai keuangan pada 21 Mei 2013 hingga 20 Oktober 2014.
Sebelumnya, Chatib juga merupakan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia. Keahliannya di bidang perdagangan internasional, ekonomi makro dan ekonomi politik sudah tak diragukan lagi.
Selain itu, Chatib merupakan Ketua Dewan Penasihat Lembaga Mandiri dan Ketua Keuangan Infrastruktur Indonesia. Dia mengajar di Departemen Ekonomi Universitas Indonesia dan mendirikan C0-Research Institute, sebuah perusahaan konsultan ekonomi yang berbasis di Jakarta pada 2010.
Kiprahnya tak hanya di nasional tetapi juga di kancah internasional, yang mana dirinya juga anggota Dewan Penasihat Bank Dunia tentang Gender dan Pembangunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News