"Tren penurunan sudah mencapai titik rendah. Makanya waspada akan kenaikan (harga). Peta batu bara sendiri, kami lihat sudah bottom. Sekarang rebound, tapi rebound kami juga tidak mau terlalu kuat karena akan menimbulkan oversupply kembali," ucap Direktur Keuangan Adaro Energy David Tendean, ditemui pada saat paparan publik dalam acara 'Institutional Investor Day dan Investor Day 2016', di Gedung BEI, Jakarta, Selasa, 2 Agustus.
Kenaikan harga batu bara saat ini, menurut David, merupakan dampak dari penurunan produksi secara industri. Jika harga kembali meningkat, maka memicu pelaku industri untuk mengembalikan volume produksi.
"Pada saat ini perkembangan harganya sudah cukup sehat, tapi tidak juga membuat kondisi yang oversupply. Jadi buat kami harga disekitar USD60 sudah tepat, jangan terlalu cepat," ungkap David.
Meski harga batu bara sudah kembali pulih, manajemen dengan kode emiten ADRO ini tidak akan terpancing untuk mengerek volume produksi. Tingkat produksi masih akan mencapai sekitar 52-54 juta ton per tahun.
"Jadi kami bukan genjot produksi, tapi manage reserve production untuk pembangkit kami. Kita selalu konservatif selalu fokus operasional efisiensi, baru kita bisa bertahan," tegas David.
Bisnis Power Plant
Manajemen Adaro, selain masih fokus di sektor batu bara, juga merambah ke sektor bisnis pembangkit listrik (power plant). Sebab, bisnis tersebut masih cukup cerah di masa mendatang. Mengingat pemerintah saat ini sedang fokus dalam mengembangkan pembangunan pembangkit listrik melalui megaproyek 35 ribu megawatt (mw).
"Sangat prospektif, kebetulan saya baru kembali dari Wakatobi. Di sana indah sekali, tapi dari pukul 6 pagi sampai pukul 5 sore mati lampu. Alamnya indah sekali padahal. Bagaimana menarik wisata kalau lampu saja enggak ada. Jadi daerah tengah dan timur potensi listriknya besar sekali," beber David.
David melanjutkan, bisnis pembangkit ke depannya bisa menjadi tulang punggung perseroan. Perubahan portofolio bisnis Adaro sudah terlihat.
"LIma tahun lalu saat harga batu bara booming, dalam EBITDA perseroan 85 persen disumbang dari batu bara. Sisanya berasal dari logistik dan kegiatan bisnis lainya. Tapi hari ini kontribusi mining hanya 55 persen. Terhadap laba bersih sudah 50-50," ujar David.
Ke depannya, David menambahkan, kontribusi bisnis dimungkinkan akan berasal dari masing-masing sektor. Mengapa demikian, karena tiga lini bisnis memiliki kaitan yang sama. "Masing-masing kontribusi satu per tiga. Kita fokus ke power plant, karena hasil dari mining. Logistik juga berkaitan dengan mendukung di mining, sehingga ketiganya saling berkaitan," tutup David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News