Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pasar Modal Tanah Air Semakin Optimistis Tahun Ini

Annisa ayu artanti • 06 Juni 2022 10:54
Jakarta: Pasar modal di Tanah Air dinilai semakin optimistis pada tahun pemulihan ekonomi 2022. Hal itu tak terlepas dari kondisi ekonomi domestik yang kian pulih pascakrisis akibat pandemi covid-19 dan Indonesia mendapatkan rating satu tingkat di atas investment grade, sehingga semakin menarik untuk tujuan investasi.
 
Praktisi pasar modal Vicella Tjhin memaparkan faktor-faktor yang mendorong optimisme tersebut. Salah satunya yakni tingkat inflasi yang terjaga di kisaran 3,5 persen masih di bawah konsensus yaitu 3,6 persen.
 
Bahkan, jika dibandingkan dengan rerata inflasi Indonesia selama 25 tahun terakhir yang sekitar 8,9 persen, persentase tersebut tergolong kecil. Persentase itu pun masih sesuai dengan apa yang dicanangkan oleh pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) yaitu tiga plus minus satu persen.

"Kalau selama masih dalam range itu, seharusnya masih oke. Kalau inflasi masih dalam batas-batas yang bisa diterima oleh pemerintah, seperti yang dicanangkan pemerintah itu harusnya masih bagus untuk pertumbuhan. Karena pertumbuhan ekonomi kita paling lima hingga enam persen. Kalau inflasi di atas itu sudah tidak bagus. Dan rata-rata inflasi ini di dunia 9,2 persen ya sampai April kemarin," katanya dikutip Senin, 6 Juni 2022.
 
Lalu terkait dengan tingkat inflasi terjaga, ia menjelaskan, BI pun masih menetapkan suku bunga di 3,5 persen. Level suku bunga itu sudah bertahan 15 bulan sejak Februari 2021. Persentase suku bunga itu pun menjadi yang terendah.
 
Langkah BI naikkan GWM tepat
 
Di sisi lain, langkah Bank Indonesia menaikkan giro wajib minimum (GWM) menurutnya sebagai strategi yang tepat ketika tren inflasi global meningkat. Hal itu membuat likuiditas di masyarakat tidak berlebihan. Seperti Juni ini, giro wajib minimum yang tadinya lima persen dinaikkan menjadi enam persen. Sedangkan pada Juli akan dinaikkan lagi menjadi 7,5 persen. Kemudian, pada September ditargetkan menjadi sembilan persen.
 
Faktor berikutnya, ia melanjutkan, Indonesia mendapatkan rating satu tingkat di atas investment grade. Hal itu menjadi acuan fund manager asing berinvestasi di Indonesia. Terpantau, dari dana asing yang masuk pascamomentum Lebaran cukup besar.
 
BI juga mencatat dana asing masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai Rp10,37 triliun pada periode 30 Mei hingga 2 Juni 2022. Rinciannya, melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp5,94 triliun dan pasar saham ada sebanyak Rp4,43 triliun.
 
"Untuk tujuan investasi Indonesia masih menarik. Jadi kadar ekonominya masih bagus. Makanya kita lihat dana asing juga mulai masuk lagi walaupun sempat kemarin keluar waktu Lebaran. Tapi sekarang sudah mulai masuk lagi. Karena mereka melihat ada potensi," ujarnya.
 
Penurunan rupiah terhadap dolar AS kecil
 
Selain itu, soal nilai tukar rupiah. Menurut Vicella di tengah kondisi ekonomi dunia yang menghadapi ketidakpastian karena konflik geopolitik di Eropa, penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergolong kecil yaitu 2,09 persen. Sementara beberapa mata uang negara-negara maju melemah cukup tajam seperti yen Jepang 9,46 persen, dan yuan Tiongkok 5,12 persen.
 
VP Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih juga menyampaikan optimisme yang sama. Market akan terdorong harga komoditas yang jauh lebih baik dari 2021. Alfatih pun mengamini Vicella atas stabilnya rupiah.
 
"Tapi yang pasti adalah kurs kita lebih kurang sama dengan di tahun yang lalu. Sedangkan dari komoditas ini sudah di harga tertinggi sejak 2014. Yang bisa kita ambil di sini adalah harga rata-rata komoditas itu tahun ini masih jauh lebih baik dibanding 2021," jelas Alfatih.
 
Dia pun mencermati Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus menguat setidaknya sejak 2017. Sehingga ditargetkan IHSG tahun ini mencapai kisaran level 7.360-7.450.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan