"Bom terjadi karena panic selling, tapi sementara. Kalau kami investasi, katakan terjadi di Bolivia, kalau ada bom di sana, pasti dijual dulu (saham)," sebut Tito, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (14/1/2016).
Kepanikan investor, menurut Tito, langsung mereda setelah adanya tindakan cepat pemerintah dalam menangkap semua pelaku bom peledakan yang terjadi di Sarinah.
"Investor tidak panik lagi, setelah tindakan pemerintah yang bergegas menangkap pelaku teror di sana," tutupnya.
Pascapeledakan bom, perdagangan indeks harga saham gabungan (IHSG) masih melemah. Meski pelemahan tidak sederas yang terjadi di sesi satu perdagangan saham.
Indeks Kamis, 14 Januari 2016, sesi sore ditutup melemah 23,998 poin atau setara 0,5 persen ke posisi 4.413. Indeks saham unggulan LQ45 juga turun 6,88 poin ke 786 dan JII merosot 7,74 poin menjadi 594.
Volume transaksi perdagangan saham sore ini tercatat sebanyak 3,6 miliar lembar saham senilai Rp5,2 triliun. Sebanyak 88 saham menguat, 190 saham melemah, 82 saham stagnan, dan 203 saham tidak ada perdagangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News